*

*

Ads

Jumat, 06 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 002

"Keparat!"

Siangkoan Leng meloncat keluar melalui jendela sedangkan isterinya sudah melompat keluar melalui pintu setelah memesan agar puteranya tinggal saja dalam kamar.

Suami isteri itu muncul di pekarangan depan rumah mereka dari dua jurusan pada waktu yang sama dan di tengah pekarangan itu, di bawah sinar lampu yang suram karena walaupun hujan tinggal sedikit sekali namun cuaca masih amat gelap, berdiri dua orang yang berpakaian serba hitam dan menggendong buntalan hitam. Yang seorang bertubuh jangkung kurus, seorang lagi bertubuh kecil ramping.

Siangkoan Leng dan Ma Kim Li mendekati dua orang itu dengan hati-hati dan memandang penuh perhatian. Setelah mengenal wajah dua orang itu, suami isteri ini menjadi marah bukan main.

“Kiranya kalian... suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan?"

Laki-laki jangkung kurus berusia kurang lebih lima puluh tahun itu tertawa bergelak dan isterinya yang cantik dan hanya beberapa tahun lebih muda, tersenyum, akan tetapi baik suara ketawa maupun senyum itu mengerikan, mengandung ejekan dan kekejaman luar biasa.

Sekilas terbayanglah pengalaman kurang lebih sepuluh tahun ketika suami isteri Siangkoan masih merajalela di selatan. Diantara banyak sekali musuh dan saingan dalam rimba raya persilatan dan dunia hitam, suami isteri dari Guha Iblis Pantai Selatan ini merupakan musuh besar mereka. Tentu saja sebabnya hanya memperebutkan kekuasaan dan wilayah kekuasaan.

Beberapa kali dua pasang suami isteri ini saling bentrok, akan tetapi di dalam perkelahian-perkelahian yang seimbang dan seru, selalu Siangkoan Leng dan Ma Kim Li selalu menang dan suami isteri Guha Iblis itu selalu melarikan diri dengan luka-luka.

Melihat bahwa musuh yang datang hanya suami isteri yang beberapa kali pernah kalah oleh mereka, tentu saja Siangkoan Leng dan Ma Kim Li memandang rendah dan mereka menjadi marah sekali.

"Kalian datang mengantar nyawa!" bentak Siangkoan Leng.

"Ha-ha, yang jelas kami datang mencabut nyawa para pelayan dan semua binatang peliharaanmu. Seminggu kemudian kami akan datang mengambil kembali anak kami, dan sebulan kemudian baru kami akan mengambil nyawa kalian."

"Jahanam busuk!" Ma Kim Li memaki wanita yang menjadi musuhnya itu. "Lancang sekali kau mengatakan bahwa putera kami adalah anak kalian!"

"Tentu saja anak kami!" jawab wanita berpakaian hitam itu. "Kalian telah merampasnya dari tangan kami, mendahului kami yang memang merencanakan untuk mengambil anak itu. Dia anak kami, dan seminggu lagi kami akan mengambilnya."

"Mulut besar, kami akan membunuh kalian untuk perbuatan kalian malam ini!" bentak Siangkoan Leng dan tanpa banyak cakap lagi dia pun mengeluarkan suara melengking nyaring yang disusul oleh isterinya dan kedua suami isteri ini lalu menubruk ke depan.

Kedua lengan mereka dikembangkan, jari-jari tangan dibuka membentuk cakar dan bukan main dahsyatnya serangan itu karena mereka yang marah sekali telah mengeluarkan ilmu baru yang sedang mereka ciptakan agar cepat-cepat dapat membunuh dua orang musuh besar itu.

Dua orang tokoh Guha Iblis Pantai Selatan itu mengeluarkan suara ketawa mengejek dan tiba-tiba mereka bertiarap ke atas tanah, kemudian mencelat ke atas memapaki serangan lawan. Sungguh aneh sekali gerakan mereka itu, akan tetapi ternyata mereka mampu menyambut serangan lawan dengan dorongan telapak tangan terbuka yang amat kuat.

"Desss! Dessss! !"

Empat tangan itu saling bertemu di udara dan terjadi benturan tenaga sinkang yang amat dahsyat sehingga keadaan sekeliling tempat itu seperti tergetar.

Siangkoan Leng dan Ma Kim Li terdorong dan terhuyung ke belakang, muka mereka menjadi pucat. Sedangkan dua orang berpakaian hitam itu berdiri tegak sambil tertawa-tawa.

"Siangkoan Leng, kami tidak ingin membunuh kalian sekarang. Seminggu lagi kami datang untuk mengambil anak itu, dan sebulan kemudian baru kami akan membunuh kalian. Ha-ha-ha, selamat tinggal!"






Dua orang itu tertawa-tawa dan sekali berkelebat keduanya lenyap dari depan suami isteri yang masih tertegun itu.

Ma Kim Li teringat akan puteranya dan cepat ia lari memasuki rumah lagi, diikuti oleh suaminya yang juga merasa khawatir sekali. Ketika mereka membuka daun pintu, dapat dibayangkan betapa kaget dan gelisah rasa hati mereka melihat bahwa kamar putera mereka itu telah kosong dan tidak nampak bayangan Siangkoan Hay!

"Hay Hay !"

Ma Kim Li menjerit dan cepat keluar lagi, berlari ke sana-sini mencari-cari puteranya. Juga Siangkoan Leng mencari-cari dan memanggil-manggil nama anaknya.

Akan tetapi mereka tidak dapat menemukan Siangkoan Hay yang seolah-olah lenyap ditelan bumi, tidak meninggalkan bekas! Mereka mencari-cari sampai jauh ke tuar rumah, bahkan mengejar ke sana-sini di seluruh kota dan sampai pagi, tetap saja mereka tidak dapat menemukan putera mereka.

Dapat dibayangkan betapa gelisah rasa hati orang tua itu setelah mencari-cari semalam suntuk tanpa hasil dan pada pagi harinya berjatan pulang dengan tubuh lemas. Biarpun tidak sampai mengeluarkan air mata karena wanita seperti Ma Kim Li itu tidak dapat menangis lagi, akan tetapi wajahnya menjadi amat pucat. Juga wajah Siangkoan Leng pucat dan keduanya setelah tiba di rumah, kembali mencari anak mereka tanpa hasil. Mereka melakukan penyelidikan di kamar Siangkoan Hay namun tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan atau sesuatu yang dapat memberi petunjuk kemana perginya anak itu.

"Jangan-jangan mereka telah membawanya!" kata Ma Kim Li.

"Kalau mereka yang menculik Hay Hay, berarti mereka tentu mempunyai pembantu. Mereka sendiri tidak mungkin karena mereka bentrok dengan kita dan ketika mereka pergi kita langsung pergi ke kamar Hay Hay. Akan tetapi kurasa bukan mereka penculiknya. Bukankah mereka sudah mengatakan akan mengambil Hay Hay seminggu lagi?"

"Iblis-iblis macam mereka itu mana bisa dipercaya?"

"Jangan kau memandang rendah mereka! Kukira mereka itu tidak boleh disamakan dengan keadaan mereka sepuluh tahun yang lalu. Sepuluh tahun yang lalu, kepandaian mereka hanya berada sedikit di bawah tingkat kita, akan tetapi engkau tentu merasakan ketika kita beradu tenaga dengan mereka tadi. Kita mempergunakan ilmu kita yang baru, dengan pengerahan seluruh tenaga, akan tetapi tangkisan mereka membuat kita hampir jatuh! Itu saja membuktikan bahwa mereka kini telah memiliki tingkat kepandaian yang berada di atas tingkat kita!"

"Aku tidak takut!"

“Aku pun tidak takut, akan tetapi aku hanya mengatakan keadaan sebenarnya. Dengan kepandaian setinggi itu, mereka tentu bukan hanya menggertak saja. Mereka bahkan sengaja menentukan waktu-waktunya untuk bertindak agar kita dapat membuat persiapan lebih dulu. Kesombongan seperti itu tentu hanya mereka lakukan karena mereka yakin benar akan kepandaian mereka. Mereka seolah-olah memberi kesempatan kepada kita untuk melarikan diri, atau minta bantuan orang lain, dan agaknya mereka sudah siap akan semua kemungkinan itu."

"Kalau bukan mereka, siapa yang mengambil anak kita?"

"Aku tidak tahu... ah, begitu banyak musuh kita di selatan, mana kita bisa menduga siapa yang menculiknya?"

"Sudah tujuh tahun tidak ada seorang pun diantara mereka yang datang mengganggu….”

"Buktinya malam tadi sepasang suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan datang, siapa tahu ada pula yang lain-lain datang untuk mengganggu kita."

"Kalau begitu, bagaimana baiknya ?"

Ma Kim Li nampak bingung dan putus asa. Wajahnya yang biasanya cerah dan masih nampak cantik itu kini menjadi muram dan sepasang matanya yang biasanya bersinar-sinar penuh keramahan yang berseri-seri, kini nampak layu dan membayangkan ketajaman yang penuh kekejaman dan kemarahan. Kedua tangannya sebentar terbuka sebentar tertutup seperti hendak mencengkeram sesuatu dan sepuluh batang jari-jari tangannya itu dimasuki tenaga dahsyat sehingga kadang-kadang mengeluarkan bunyi berkerotokan, mengerikan sekali.

"Sudahlah, lebih baik kita sekarang mengurus mayat empat orang pelayan kita itu dan jangan sampai ada orang lain yang tahu. Kita kubur mereka diam-diam di kebun kita dan semenjak hari ini kita tutup toko kita. Setelah itu baru kita akan mencari akal bagaimana untuk menghadapi mereka dan juga kemana kita harus mencari anak kita."

"Akan tetapi Hay Hay... bagaimana kalau anak kita itu dibunuh…..?"

"Bodoh! Kalau mereka memang ingin membunuhnya, mengapa harus susah-susah menculiknya? Kalau sudah dapat menculiknya, apa susahnya membunuhnya disini juga? Jangan bodoh, penculik itu tidak membunuhnya, hanya menculiknya untuk membikin kita tersiksa."

"Seperti juga dua iblis itu yang sengaja memberi waktu kepada kita agar kita gelisah dan tersiksa sebelum mereka turun tangan."

"Benar, dan mari kita bekerja membereskan mayat-mayat itu."

Suami isteri itu menutup pintu rapat-rapat dan diam-diam lalu bekeria keras. membuat lubang yang cukup besar didalam kebun belakang mereka untuk mengubur empat mayat pelayan mereka menjadi satu. Juga bangkai-bangkai babi, anjing dan ayam itu mereka kuburkan ke dalam satu lubang yang lain!

Sebetulnya, Siangkoan Leng dan Ma Kim Li bukanlah orang biasa. Ketika mereka masih merajalela di selatan, mereka merupakan sepasang manusia iblis yang tidak pantang melakukan perbuatan jahat apa pun. Di samping kekejaman mereka, suami isteri ini pun amat lihai. Jarang ada orang yang mampu menandingi mereka. Nama besar Lam-hai Siang-mo (Sepasang Iblis Laut Selatan) sebagai julukan yang diberikan oleh dunia kang-ouw kepada mereka amat terkenal dan ditakuti orang. Entah sudah berapa banyak orang terbunuh atau kalah oleh mereka berdua sehingga tidak mengherankan apabila banyak orang menaruh dendam kepada mereka.

Semenjak mereka pindah ke Nan-king, mereka "mencuci tangan" dan tidak pernah melakukan kejahatan lagi, memelihara dan mendidik anak tunggal mereka dan bekerja dengan halal. Mereka tidak tahu bahwa semua perbuatan mereka yang lalu itu tidak habis begitu saja, mengandung akibat-akibat yang agaknya baru sekarang timbul dan mengganggu kehidupan mereka yang tadinya tenteram.

Sambil bekerja mengubur mayat-mayat dan bangkai-bangkai, pekerjaan yang bagi mereka biasa saja karena menghadapi kematian sudah tidak aneh lagi bagi mereka, kedua orang suami isteri itu bercakap-cakap dan menduga-duga siapa kiranya musuh-musuh lain yang berani mengganggu mereka dan menculik Siangkoan Hay.

"Sungguh aneh sekali, apa maksudnya tikus-tikus dari Guha Iblis itu mengaku Siangkoan Hay sebagai anak mereka?" antara lain Ma Kim Li bertanya.

"Aku juga sudah memikirkan hal itu sejak tadi," jawab suaminya. "Dan aku mengambil kesimpulan bahwa agaknya mereka sudah tahu akan rahasia kita dan agaknya pula pada waktu itu mereka pun berniat untuk menculik anak itu. Hanya bedanya, kalau mereka ingin menculik, sebaliknya kita menukarnya dengan anak yang mati. Anehnya, bagaimana mereka bisa tahu? Bukankah dua orang saksi telah kita bunuh semua?"

Setelah pekerjaan mengubur itu selesai, Siangkoan Leng dan isterinya masuk kedalam rumah dan keduanya termenung. Mereka membayangkan peristiwa tujuh tahun yang lalu. Ketika Ma Kim Li mulai mengandung, ia dan suaminya mendengar akan adanya suami isteri pendekar yang baru tiba di selatan dari pelariannya keluar dari Tibet.

Suami isteri itu terkenal sebagai pendekar-pendekar budiman dan ketika mereka merantau ke Tibet Si isteri mengandung, ada petunjuk kepada para pendeta Lama bahwa anak yang dikandungnya oleh isteri pendekar itu adalah penitisan (reinkarnasi) dari Dalai Lama dan bahwa anak itu kelak akan menjadi Dalai Lama atau seorang yang suci.

Karena itu, suami isteri pendekar itu menjadi ketakutan. Berita itu berarti bahwa mereka harus melepaskan anak mereka kalau sudah terlahir, untuk dirawat dalam biara oleh para pendeta Lama. Dengan ilmu kepandaian mereka, suami isteri itu akhirnya berhasil lolos dari kepungan para pendeta Lama dan melarikan diri sampai ke pantai selatan.

Akan tetapi berita itu ramai dibicarakan orang dan terdengar pula oleh Lam-hai Siang-mo. Ramai orang membicarakan bahwa anak yang akan terlahir dari isteri pendekar itu tentu seorang anak yang disebut Sin-tong (Anak Ajaib).

Kebetulan sekali, kandungan dalam perut Ma Kim Li sama tua dengan kandungan isteri pendekar itu. Ketika Ma Kim Li melahirkan, ternyata bayi laki-laki itu memiliki tubuh yang lemah sekali. Suami isteri itu berusaha mengobatinya, namun sia-sia bahkan pertumbuhan anak itu setelah dua bulan tidak berjalan normal dan amat terbelakang.

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar