*

*

Ads

Rabu, 11 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 023

Semua hwesio yang berada di situ terkejut bukan main. Juga Ci Kang terbelalak, akan tetapi ketika dia melihat pandang mata Ceng Hok Hwesio yang dingin dan tegas, dia hanya dapat menarik napas panjang. Mereka berdua sudah menyatakan kesanggupan, maka mau tidak mau harus menjalani hukuman yang luar biasa beratnya itu.

Semua peristiwa yang terjadi pada sepuluh tahun yang lalu itu terbayang di dalam benak Ci Kang ketika muridnya Han Siong, bertanya kepadanya tentang sebab hukuman itu. Tentu saja dia tidak dapat menceritakan semua hal sejelasnya karena Han Siong masih terlalu kecil untuk mengetahui semua hal itu. Usianya baru dua belas tahun, belum dewasa.

"Han Siong, Suhu dan Subomu ini telah melakukan pelanggaran di dalam kuil. Kami berdua telah menjadi suami isteri dan Subomu melahirkan seorang anak, maka kami harus menjalani hukuman selama dua puluh tahun di Kamar Renungan Dosa……”

"Tapi itu tidak adil! Apa salahnya menjadi suami isteri dan mempunyai anak?"

"Di kuil ini dianggap dosa besar, muridku. Apalagi ketika itu kami telah menjadi pendeta. Kami sama sekali tidak tahu bahwa pada waktu kami masuk menjadi murid kuil, Subomu sudah mengandung. Andaikata kami tahu, tentu kami tidak menjadi hwesio dan nikouw dan tidak melakukan pelanggaran dan dosa."

"Tapi, dua puluh tahun untuk itu? Terlalu berat dan tidak adil, Suhu!" kembali Han Siong berseru.

Ci Kang tersenyum.
"Sstt, sudahlah, jangan ribut-ribut. Kami berdua sudah menerimanya dengan rela. Kami anggap sebagai penebusan dosa-dosa kami dan nenek moyang kami, dan juga sebagai tempat bertapa, kamar-kamar kami amat baik, juga kami perlu tempat yang rahasia untuk melakukan latihan-latihan."

Han Siong mengangguk-angguk.
"Ya, memang benar, Suhu. Setiap saat, kalau Suhu dan Subo kehendaki, tentu Suhu dan Subo dapat saja keluar dari kamar ini, apalagi kalau malam tiba……"

"Eh, kau tahu akan hal itu?" gurunya bertanya heran.

"Pernah teecu melihat dua bayangan berkelebat masuk dan dikejar oleh bayangan Lam-hai Gim-lo. Bukankah dengan demikian berarti bahwa Suhu dan Subo suka keluar dari kamar secara rahasia?"

Kembali gurunya mengangguk-angguk.
"Engkau benar, dan memang kami perlu kadang-kadang keluar. Anak kami itu, seorang anak perempuan, tentu saja tidak boleh tinggal disini dan kami menyerahkannya kepada suami isteri petani she Cu di kaki gunung untuk dirawat. Mereka tidak mempunyai anak maka mereka menerima dengan senang hati. Nah, kami kadang-kadang pergi menjenguk anak kami dan ada urusan-urusan lain yang penting yang memaksa kami kadang-kadang meninggalkan kamar. Akan tetapi, kami akan tetap memenuhi masa hukuman kami, karena sebagai orang-orang gagah kami harus memenuhi janji. Hal inilah yang merisaukan kami, Han Siong, yaitu bahwa sejak setahun ini, anak perempuan kami itu telah lenyap."

"Lenyap... ?" Han Siong terbelalak memandang kepada wajah suhunya. "Bagaimana bisa lenyap, Suhu? Apa yang telah terjadi?"

Ci Kang menarik napas panjang, lalu melanjutkan ceritanya. Setelah dia dan Hui Cu menjalani hukuman, keduanya di waktu malam seringkali keluar dari tempat tahanan itu secara diam-diam untuk pergi mengunjungi dan menengok puteri mereka yang mereka beri nama Siangkoan Bi Lan, di rumah keluarga petani Cu Pak Sun di kaki pegunungan, di sebuah desa yang amat kecil sederhana.

Tentu saja semenjak mereka tahu bahwa Hui Cu mengandung, mereka melanjutkan hubungan mereka sebagai suami isteri tanpa penyesalan lagi, apalagi setelah mereka tidak menjadi hwesio dan nikouw, melainkan orang-orang biasa yang sedang melaksanakan hukuman di Kamar Renungan Dosa. Sejak dihukum, ketua kuil tidak lagi menganggap mereka sebagai anggauta Siauw-lim-pai.

Mereka berdua bukan saja menengok anak mereka secara teratur, sedikitnya sepekan sekali, akan tetapi mereka juga mulai mengajarkan dasar-dasar ilmu silat kepada Bi Lan, sejak anak itu berusia enam tahun.






Dan secara kebetulan sekali, ketika dia sedang memeriksa keadaan kamar dimana dia ditahan, dibawah lantai, Siangkoan Ci Kang menemukan sebuah peti hitam yang berisi dua buah kitab pelajaran ilmu silat. Yang sebuah adalah ilmu silat pedang dan yang lain ilmu silat tangan kosong. Tidak ada nama pada kulit kitab-kitab itu, hanya peti hitamnya terukir gambar Dewi Kwan Im.

Setelah mendapat kenyataan bahwa ilmu-ilmu silat di dalam dua buah kitab itu ternyata merupakan ilmu-ilmu yang aneh dan hebat, Ci Kang girang sekali dan bersama-sama Hui Cu dia lalu mempelajari isi kitab. Ternyata, ilmu-ilmu silat itu amat aneh dan sukar untuk dipelajari. Akan tetapi, setelah mereka mempelajari selama sepuluh tahun, mereka sudah mulai dapat menguasai.

Dapat dibayangkan betapa sukarnya mempelajari ilmu-ilmu itu kalau dua orang berkepandaian tinggi seperti mereka berdua saja baru dapat menguasai ilmu-ilmu itu setelah belajar selama sepuluh tahun! Karena kedua ilmu itu tidak ada namanya, mengingat akan gambar Dewi Kwan Im pada petinya, Ci Kang dan Hui Cu lalu memberi nama Kwan-im-kiam-sut (Ilmu Pedang Dewi Kwan Im) dan Kwan-im Sin-kun (Silat Sakti Dewi Kwan Im) kepada dua ilmu itu. Dan ternyata bahwa Kwan-im Sin-kun telah berhasil mereka pergunakan dan dapat mengalahkan Lam-hai Giam-lo.

Demikianlah, dengan adanya Bi Lan yang cerdik dan lincah jenaka dan dengan adanya dua buah kitab pelajaran ilmu silat itu, Ci Kang dan Hui Cu tidak terlalu berat menjalani hukuman yang dijatuhkan kepada mereka. Apalagi mereka saling memiliki dan mereka saling mencinta. Hari demi hari mereka lewatkan dengan tenang, memperdalam ilmu silat dan memperkuat sinkang dengan jalan bersamadhi.

Akan tetapi, kurang lebih setahun yang lalu, ketika pada suatu malam mereka pergi berkunjung ke dusun untuk menengok puteri mereka, mereka melihat dusun itu porak-poranda dan rusak binasa. Mereka terkejut sekali dan dari beberapa orang yang selamat dari kebinasaan, mereka mendengar berita yang amat mengejutkan, yaitu bahwa dusun itu kedatangan iblis-iblis yang mengamuk dan saling berkelahi dengan hebat.

Banyak diantara penghuni dusun yang tewas karena amukan yang membabi buta, dan diantara mereka yang tewas adalah Cu Pak Sun dan isterinya. Sementara itu, Bi Lan lenyap tanpa meninggalkan bekas!

Tentu saja Ci Kang dan Hui Cu cepat melakukan penyelidikan dan mereka terkejut melihat betapa mayat-mayat yang masih berada di dalam peti mati, karena peristiwa itu baru terjadi kemarin, ternyata menunjukkan bahwa mereka tewas oleh pukulan-pukulan sakti!

Mereka berusaha mencari ke sana-sini namun tanpa hasil. Anak mereka lenyap tanpa meninggalkan bekas, tidak tahu pergi kemana atau dibawa oleh siapa! Hui Cu menangis dan tentu akan nekat meninggalkan tempat hukuman kalau tidak dihibur dan dibujuk oleh Ci Kang.

"Tidak ada gunanya." demikian antara lain Ci Kang menghibur. "Kita tidak tahu kemana perginya Bi Lan dan tidak tahu pula siapa yang membawanya pergi. Kemana kita harus mencari? Dan tidak mungkin meninggalkan hukuman yang sudah kita lalui setengahnya. Ingat, bukankah sejak dulu kita memang sengaja hendak menebus dosa orang tua kita? Percayalah, keprihatinan kita selama ini bukan tidak ada gunanya dan Bi Lan tentu akan selamat dan kelak dapat berjumpa kembali dengan kita. Anak itu tidak dibunuh orang, melainkan mungkin melarikan diri atau diculik. Dan kalau diculik, berarti penculiknya bukan bermaksud membunuhnya."

Akhirnya Hui Cu dapat dihibur dan ia semakin giat berlatih sampai perhatian mereka tertarik kepada Han Siong. Anak itu setiap hari menyapu didepan kamar tahanan dan mereka berdua melihat bahwa anak itu memiliki bakat yang amat baik! Dan usianya sebaya atau sedikit saja lebih tua dari Bi Lan.

Timbul niat di hati mereka untuk mengambil Han Siong sebagai murid. Mereka lalu melayangkan surat kepada ketua kuil, mempergunakan kepandaian mereka di waktu malam. Ketua kuil menerima surat itu dan karena itulah dia menyuruh Han Siong memanggil dua orang tahanan itu untuk menghadap dan itulah pertama kalinya Han Siong bertemu muka dengan mereka.

"Demikianlah, muridku. Kami kehilangan anak kami yang tercinta dan permintaan kami untuk mengambil engkau sebagai murid ditolak. Kemudian terjadilah peristiwa dengan Lam-hai Giam-lo sehingga akhirnya engkau dapat juga menjadi murid kami walaupun engkau harus pula meninggalkan jubah hwesio. Dan dapatkah engkau menduga, apa sebabnya kami, selain melihat engkau berbakat, ingin sekali mengangkatmu menjadi murid kami?"

Han Siong adalah seorang anak yang amat cerdik. Mendengar penuturan suhunya dia dapat menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, maka tanpa ragu-ragu lagi dia menjawab,

"Setelah memperoleh ilmu dari Suhu dan Subo sehingga teecu cukup kuat, teecu akan pergi mencari Adik Bi Lan sampai dapat!"

Mendengar ucapan ini, Ci Kang tersenyum dan merangkul pundak muridnya yang duduk di depannya. Dia merasa girang, juga bangga dan kagum.

“Ah, sudah kuduga bahwa engkau memang cerdik sekali, Han Siong. Memang itulah yang kami harapkan! Setelah kami menganggap engkau cukup kuat, kami minta agar engkau pergi mencari Bi Lan sampai dapat, dan menyerahkan dua buah kitab pusaka kami kepadanya, juga membimbingnya untuk mempelajari kitab-kitab Dewi Kwan Im itu. Kami sendiri dengan susah payah mempelajarinya karena kami belajar tanpa pembimbing. Kalau dibimbing, tentu orang dapat menguasainya lebih cepat lagi."

Demikianlah, mulai hari itu, Han Siong membiarkan rambut di kepalanya tumbuh, mengenakan pakaian biasa, akan tetapi masih bekerja biasa. Hanya sekarang dia tidak diperbolehkan membersihkan bagian yang dianggap suci dan hanya menyapu di pekarangan dan kebun, memikul air dan pekerjaan lain. Tidak lagi mempelajari kitab-kitab agama walaupun dia masih boleh membaca kitab-kitab kuno yang berisi cerita dan filsafat dari ruang perpustakaan. Dan diwaktu malam, dia berlatih ilmu silat di bawah pengawasan suhu dan subonya dan dia berlatih dengan amat giatnya.

Kedua orang gurunya dengan penuh semangat melatihnya karena dua orang ini mengharapkan agar Han Siong cepat menguasai ilmu silat yang tinggi agar dapat diharapkan untuk mencari dan menemukan puteri mereka yang hilang.

Tentu saja Ci Kang dan Hui Cu tidak secara langsung mengajarkan ilmu silat dari dua kitab Kwan Im, karena masih terlalu tinggi bagi Han Siong. Pemuda ini dilatih dengan ilmu-ilmu silat mereka yang juga amat tinggi sebagai dasar untuk kelak dapat menerima kedua ilmu silat yang luar biasa itu.

**** 023 ****
Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar