*

*

Ads

Rabu, 18 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 037

"Suhu, teecu ingin sekali mengetahui dengan jelas akan hubungan antara pria dan wanita, mohon petunjuk Suhu agar teecu tahu apa yang boleh dan tidak boleh teecu lakukan, di mana letak bahaya-bahayanya”.

Kakek itu tersenyum dan mengangguk-angguk. Memang sudah tiba saatnya muridnya itu tahu akan segala urusan itu. Bagaimanapun juga, seorang manusia, tak peduli dia itu pria ataukah wanita, pada waktunya akan memasuki masa akil balik, usia dewasa yang tubuh mereka menuntut kebutuhan sex. Sebaliknya kalau orang memasuki masa itu dengan mata terbuka, mengerti akan keadaan masa itu, sehingga tidak akan sesat jalan. Daripada dibiarkan mendapatkan pengertian tentang itu secara liar di luaran, salah-salah bisa saja mengetahui tidak sebagaimana mestinya.

"Hay Hay, coba kau pergi ke lianbu-thia (ruangan belajar silat) dan ambil ke sini gambar tubuh manusia laki-laki dan perempuan yang menggambarkan jalan-jalan darah untuk latihan tiam-hiat-hoat (ilmu menotok jalan darah) itu."

Hay Hay pergi dan kembali ke kamar suhunya membawa dua gulungan gambar yang melukiskan tubuh seorang pria dan seorang wanita dengan garis-garis jalan darah masing-masing yang mempunyai sedikit perbedaan. Dia sudah hapal akan jalan-jalan darah pria dan wanita itu, akan tetapi kini perasaannya membisikkan bahwa yang hendak diajarkan suhunya sama sekali tidak mengenai jalan darah!

Ciu-sian Sin-kai menggantungkan dua gambar itu berdampingan di atas dinding, kemudian mulailah dia menjelaskan tentang keadaan tubuh pria dan wanita dalam hubungannya dengan sex. Dengan jelas, tanpa malu-malu, tanpa ragu-ragu dia menceritakan semua, mulai dari hubungan kelamin, sampai terjadinya benih yang tumbuh menjadi seorang anak di dalam rahim si wanita. Dengan perlahan dia memberi penjelasan sehingga Hay Hay dapat memperoleh gambaran yang amat jelas tanpa menjadi terangsang.

"Nah, sekarang engkau tentu sudah mengerti betul. Pria tertarik kepada wanita cantik dan sebaliknya, merupakan hal yang wajar, muridku. Daya tarik dari masing-masing pihak itulah yang merupakan syarat utama sehlngga pria dan wanita saling mendekati dan melakukan hubungan badan sehingga terlahirlah manusia-manusia baru, seperti juga yang terjadi pada semua binatang dan semua tumbuh-tumbuhan. Yang berbeda hanya cara melakukan hubungan itu saja. Tanpa pertemuannya dua zat Im dan Yang, takkan terjadi pertumbuhan kehidupan baru."

Hay Hay mengangguk-angguk tanpa menjawab, hanya sepasang matanya kadang-kadang memandang wajah suhunya, kadang-kadang memandang kedua gambar tubuh manusia di dinding itu.

"Karena itu, berhati-hatilah mengendalikan rasa sukamu terhadap wanita. Pergaulan akrab boleh saja, mengapa tidak? Hanya, engkau harus berhati-hati. Hubungan kelamin yang dapat membuahkan manusia baru, hanya tepat dilakukan oleh kedua orang pria dan wanita yang saling mencinta, yang sadar bahwa hubungan mereka dapat menghasilkan anak, dan keduanya sudah siap untuk menerima kehadiran anak itu untuk dibesarkan dan dididik. Hubungan yang berdasarkan nafsu dan iseng belaka, kalau sampai membuahkan anak, tentu akan mereka terima sebagai suatu malapetaka dan hal ini tentu saja amat tidak baik."

"Terima kasih atas segala petunjuk Suhu yang amat berharga." kata Hay Hay dengan hati lega.

Sebegitu jauh, belum pernah dia melakukan pelanggaran dan memang dia merasa ngeri kalau membayangkan bahwa dia akan lupa diri bersama seorang gadis, melakukan hubungan, kemudian mendapat kenyataan bahwa gadis itu mengandung dan melahirkan seorang anak! Tidak, dia belum siap untuk menjadi ayah! Belum siap untuk menikah Dia akan selalu ingat akan bahaya ini.

"Nah, sekarang engkau sudah tahu. Orang-orang muda di pulau ini mempunyai ayah bunda, tentu mereka akan mengetahui hal itu dari orang tua mereka. Engkau boleh saja mengajak mereka bicara tentang ini, juga boleh engkau memberi tahu kepada para gadis itu agar mereka berhati-hati. Wanitalah yang menanggung akibat jauh lebih hebat daripada pria dalam hubungan di luar nikah ini, karena wanitalah yang akan mengandung dan melahirkan anak! Jadi, terutama sekali, wanita yang harus mengekang diri dan berhati-hati. Masih baik kalau si pria bertanggung jawab dan mencintanya dengan sungguh-sungguh sehingga bersedia menjadi suaminya, menjadi ayah dari anaknya. Bagaimana kalau mendapatkan pria yang hanya main-main karena terdorong napsu belaka, setelah wanita itu mengandung lalu meninggalkannya begitu saja?”

Semenjak menerima petunjuk dan nasihat gurunya, Hay Hay bersikap lebih hati-hati. Bukan berarti dia menjauhi wanita, sama sekali tidak. Dia memang suka sekali bergaul dengan gadis-gadis, apalagi gadis yang cantik manis dan manja. Dia suka mengamati wajah mereka yang manis, rambut mereka yang halus dan kulit tubuh mereka yang putih mulus. Dia suka mencium bau sedap tubuh mereka, suka mendengar suara mereka yang halus merdu dan manja, menyentuh kulit yang hangat dan halus. Betapapun juga, dia kini lebih berhati-hati!

Masalah sex dan hubungan antara pria dan wanita, terutama sekali antara muda mudi, sejak dahulu menjadi bahan perdebatan, pergunjingan, penulisan yang tak kunjung habis, dan membikin pusing kebanyakan orang tua, terutama yang mempunyai anak gadis. Ada yang condong untuk menggunakan tangan besi berupa pelajaran-pelajaran tentang dosa, tentang kesusilaan, dan sebagainya untuk mengekang anak-anak mereka agar jangan sampai tergelincir oleh godaan nafsu dalam diri sendiri, nafsu yang mulai bangkit semenjak tubuh mereka menjadi dewasa.






Ada pula yang acuh saja, bahkan kurang perhatian dan masa bodoh sikapnya. Akan tetapi kedua-duanya, kalau sampai terjadi anak gadis mereka mengandung sebelum menikah, menjadi kelabakan, berduka, menyesal, marah-marah dan sebagainya lagi karena dorongan emosi yang timbul oleh perasaan dirugikan.

Mengekang dengan jalan kekerasan seperti mengurung seorang gadis di dalam kamarnya atau dalam rumah saja, sudah bukan jamannya lagi sekarang. Akan tetapi membiarkan seorang gadis begitu saja dalam kebebasan dalam keadaan yang kurang kuat sehingga mudah ia tergoda dan tergelincir, tentu saja bukan suatu sikap yang baik dari orang tua.

Lalu apa yang harus dilakukan orang tua menghadapi pergaulan yang makin modern dan bebas dari anak-anaknya? Orang tua yang mempunyai anak laki-laki khawatir kalau-kalau anak mereka menghamili seorang gadis sehingga terpaksa mereka harus mengambil gadis itu sebagai mantu, cocok ataukah tidak, sudah waktunya anak mereka menikah ataukah belum.

Sebaliknya, orang tua yang mempunyai anak gadis selalu khawatir kalau anaknya itu tergoda dan tergelincir menjadi hamil dan seribu satu usaha dilakukan orang-orang tua setelah gadis itu hamil, di antaranya cara yang tidak terpuji, yaitu dengan mencoba untuk menggugurkan kandungan itu!

Setiap orang anak memiliki dunianya sendiri, kehidupannya sendiri, selera dan jalan pikiran, pandang hidupnya masing-masing. Namun semua ini tidak terpisah sama sekali dari pengaruh lingkungan, terutama lingkungan keluarganya. Sudah sepatutnya kalau anak yang lahir di dunia karena ulah ayah bundanya, memperoleh cinta kasih yang murni dari ayah bundanya, karena HANYA KASIH SAYANG inilah merupakan pendidikan yang paling benar.

Dengan adanya kasih sayang, hubungan antara anak dan orang tua menjadi akrab, dan keakraban ini yang membuat si anak menjadikan orang tuanya sebagai sumber segala pertanyaan, sumber segala perlindungan. Dengan dasar cinta kasih, anak akan menerima keterangan-keterangan tentang kehidupan dari orang tuanya, dan sejak kecil akan memiliki dasar yang kuat, tidak pernah merasa terkekang dan merasa bebas dan bertanggung jawab akan segala perbuatan yang dilakukannya sendiri.

Rasa tanggung jawab ini meniadakan penyesalan atas suatu perbuatan yang dilakukannya. Apalagi kalau tidak ada tuntutan dari orang tua yang merasa dirugikan, merasa dicemarkan namanya, dan sebagainya lagi, tuntutan-tuntutan dan kemarahan-kemarahan atau kedukaan-kedukaan orang tua yang kesemuanya hanya bersumber dari rasa keakuan si orang tua yang merasa terganggu dan dirugikan!

Namun, kasih sayang melenyapkan sifat-sifat seperti itu. Anak akan memasuki kehidupan dalam masa apapun juga dengan mata terbuka dan jiwa bebas kalau anak itu memperoleh cinta kasih sejak kecilnya. Jiwanya tidak terkekang, tidak tertekan, terbuka dan tidak dihantui kesalahan ini dan itu yang membuatnya menjadi pengecut dan tidak berani mempertanggung-jawabkan segala akibat daripada perbuatannya sendiri.

Orang tua yang benar-benar mencintai anak-anaknya, tidak pernah merasa khawatir anaknya akan melakukan hal-hal yang dianggapnya tidak patut tentu saja dasarnya takut kalau si anak mencemarkan nama dan kehormatan orang tua.

Dengan dasar cinta kasih murni, maka tidak ada persoalan yang tak dapat di atasi atau dipecahkan, tidak ada persoalan yang menimbulkan amarah, duka atau penyesalan. Cinta kasih bersinar terang dan sinarnya mengusir segala kegelapan pikiran, mencuci segala yang tadinya dianggap kotor.

Semenjak memperoleh keterangan suhunya, Hay Hay menjadi lebih dewasa dalam sikapnya, walaupun kesukaannya terhadap gadis-gadis cantik tak pernah berkurang, bahkan semakin hebat, seperti juga kesukaannya terhadap bunga-bunga, terhadap segala sesuatu yang indah, makin meningkat.

Anak ini memang berjiwa romantis dan tidaklah aneh kalau pemuda di Pulau Hiu menjulukinya Pendekar Mata Keranjang! Julukan pendekar karena memang ilmu silatnya semakin meningkat dan semakin hebat, dan mata keranjang karena sepasang matanya selalu bersinar-sinar dan mulutnya tersenyum-senyum, wajahnya menjadi semakin cerah setiap kali dia bertemu dengan seorang wanita cantik.

Ciu-sian Sin-kai yang hanya mempunyai waktu lima tahun, sengaja mengajarkan ilmu-ilmu simpanan yang paling tinggi sehingga biarpun pemuda itu hanya belajar lima tahun lamanya, boleh dibilang telah mewarisi seluruh ilmunya, karena telah menyelami dasar-dasar dan melatih ilmu-ilmu yang paling tinggi dan pilihan. Bahkan Hay Hay belajar pula meniup suling dengan pengerahan khikang untuk menyerang lawan, disamping memainkan suling itu sebagai sebatang pedang.

Waktu memang memiliki kekuasaan atas diri kita manusia secara mutlak. Hampir seluruh hidup ini kita isi dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan waktu, atau yang dikuasai waktu. Kita memisah-misahkan waktu lampau, waktu ini, dan waktu mendatang dan dengan pemisahan-pemisahan inilah maka timbul segala macam persoalan di dalam kehidupan kita.

Hampir seluruh perasaan yang menguasai batin dan menimbulkan emosi lahir dari waktu yang mengisi seluruh ingatan kita. Perasaan duka timbul dari waktu karena pikiran mengingat-ingat hal yang telah lalu, membandingkannya dengan waktu kini dan membayangkan keadaan waktu mendatang.

Karena pikiran mengunyah-ngunyah hal yang telah lampau, mengingat-ingatnya kembali, timbullah duka. Karena pikiran membayang-bayangkan hal yang mungkin terjadi di masa depan, timbullah rasa takut, harapan-harapan yang kemudian menimbulkan kekecewaan-kekecewaan atau kepuasan-kepuasan sejenak. Karena pikiran membayangkan hal-hal yang menimpa diri kita, yang merasa dirugikan lahir atau batin oleh orang lain, timbullah rasa marah, dendam dan kebencian. Batin kita diombang-ambingkan antara masa lampau, masa kini dan masa mendatang, dicengkeram oleh waktu!

Melihat kenyataan-kenyataan yang dapat kita rasakan sendiri hal ini merupakan sesuatu kenyataan yang tak terpisahkandari kehidupan kita masing-masing, timbullah suatu pertanyaan yang amat penting: Dapatkah kita hidup terlepas dari cengkeraman waktu? Tentu saja yang dimaksudkan di sini adalah kehidupan batiniah. Kehidupan lahir tentu saja tidak dapat dipisahkan dari waktu.

Masuk sekolah, kantor, naik kendaraan umum, dan sebagainya memang harus menurutkan jadwal waktu. Akan tetapi dapatkah batin bebas dari cengkeraman waktu bebas dari pengenangan kembali hal yang lalu, bebas dari harapan-harapan masa mendatang, dan hidup saat demi saat, detik demi detik, hidup SEKARANG ini? Kalau dapat, jelas bahwa kita akan bebas pula dari duka, kebencian, ketakutan.

Mungkinkah bagi kita untuk memutuskan ikatan dengan masa lalu? Menghabiskan sampai di sini saja segala urusan yang telah lalu? Dan tidak membayang-bayangkan, tidak mengharapkan, hal-hal yang belum terjadi? Hidup dan menikmati hidup saat demi saat, menghadapi dengan penuh kewaspadaan dan kesadaran akan segala yang terjadi saat demi saat, seperti apa adanya? Ini merupakan suatu seni hidup yang amat tinggi dan indah. Mari kita coba saja! Bukan dihalangi oleh tanggapan-tanggapan bahwa hal itu sukar, tidak mungkin dan sebagainya. Kita lakukan saja sekarang dan kita lihat bagaimana perkembangannya.

Waktu melesat melebihi anak panah cepatnya kalau kita tidak memperhatikannya, sebaliknya merayap seperti keyong kalau kita perhatikan. Tanpa disadarinya, telah delapan tahun lamanya semenjak Hay Hay berpisah dari See-thian Lama! Delapan tahun hanya merupakan waktu sekilat kalau tidak kita perhatikan lewatnya.

Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda berjalan perlahan-lahan keluar dari sebuah hutan, menuju ke sebuah dusun yang genteng-genteng rumahnya sudah nampak dari atas lereng dari mana dia tadi turun di waktu pagi sekali. Dari atas lereng gunung yang penuh hutan itu, pagi-pagi buta tadi dia melihat sebuah perkampungan di kaki gunung dan lampu-lampunya masih belum dipadamkan semua di pagi hari itu. Kini, setelah melewati hutan terakhir, matahari pagi telah bersinar cerah dan dia sudah melihat genteng-genteng rumah yang kemerahan dari jauh.

Pemuda itu berwajah ganteng. Matanya bersinar-sinar penuh gairah hidup, mulutnya selalu tersenyum atau mengulum senyum, hidungnya mancung dan dagunya membayangkan kegagahan seorang jantan. Pakaiannya terbuat dari kain sederhana saja, namun potongannya rapi dan nampak bersih terawat baik. Pakaian itu berwarna biru muda dengan garis-garis kuning di tepinya. Sebuah buntalan pakaian terikat di punggungnya. Tubuhnya sedang, akan tetapi tegap dan dadanya bidang dan membusung, membayangkan kekuatan yang tersembunyi.

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar