*

*

Ads

Jumat, 20 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 046

"Berterima kasih dengan memperkosa dan membunuh!" bentak kakak Siauw Lan dan dia sudah menggerakkan toya kayu di tangannya untuk menghantam ke arah Hay Hay, dan pada saat itu, seorang lain maju juga untuk membacokkan parangnya ke arah dada pemuda itu dengan penuh kebencian.

Semua orang teringat akan nasib dua orang gadis itu dan kini mereka serentak maju mengeroyok!

Dalam keadaan seperti itu, Hay Hay tidak dapat menyembunyikan lagi kepandaiannya. Dia harus melindungi dirinya, akan tetapi dia maklum bahwa sekelompok orang dusun ini adalah orang-orang jujur yang tidak pandai ilmu silat dan memiliki tenaga biasa saja. Mereka bukanlah lawannya dan dia tidak ingin melukai orang-orang ini yang dia tahu tentu tidak berdosa dan yang kini sedang salah paham terhadap dirinya. Maka dia pun mengerahkan tenaga sinkang untuk membuat tubuhnya kebal, menggerakkan kedua tangan hanya untuk menangkis senjata yang menuju ke kepala dan mukanya.

Terdengar suara bak-bik-buk ketika belasan buah senjata keras dan tajam menghujani tubuh Hay Hay. Terdengar teriakan-teriakan kaget dan beberapa orang bahkan terpelanting karena tenaga mereka sendiri yang membalik.

Pemuda yang mereka keroyok itu masih berdiri tegak, yang nampak bekas serangan itu hanyalah selimut dan baju yang robek-robek, akan tetapi kulit tubuh itu lecet sedikit pun tidak, bahkan semua senjata terpental dan tenaga mereka membalik, telapak tangan mereka terasa nyeri.

"Dia lihai…..!”

"Dia kebal……!"

"Punya ilmu setan……..!"

"Saudara-saudara sekalian, apakah yang telah terjadi? Aku tidak bersalah apa-apa dan sejak tadi aku berada di sini, Siauw Lan dan temannya hanya berkunjung sebentar dan tidak terjadi apa-apa yang tidak semestinya di sini. Apa kesalahanku maka cuwi (kalian) marah-marah kepadaku?"

"Bohong! Dia memang laki-laki mata keranjang. Jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) yang pantas dihajar!"

Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring dan merdu. Semua orang menengok, juga Hay Hay, dan dia terkejut melihat munculnya gadis cantik jelita yang sudah dijumpainya di kuil sore tadi.

Gadis itu memang Bi Lian. Dari kuil di mana ia beristirahat, malam itu ia mendengar suara berisik. Ia lalu keluar dan dari depan kuil, tempat yang tinggi, ia dapat melihat banyak orang berlarian sambil membawa obor. Tentu saja ia tertarik sekali karena orang-orang itu keluar dari dusun di bawah itu. Tentu telah terjadi hal yang hebat maka orang-orang itu keluar sambil membawa obor.

Bi Lian lalu mempergunakan kepandaiannya, dengan cepat seperti terbang ia menuruni bukit menuju ke padang rumput di mana orang-orang itu berkumpul dan nampak melihat sesuatu.

Karena ia menuruni bukit itu seperti terbang ,cepatnya, ia tiba di padang rumput itu pada saat orang-orang dusun itu baru saja meninggalkan tempat itu untuk menyerbu ke tempat peristirahatan Hay Hay.

Sebagai seorang yang berpengalaman, sekali pandang saja kepada Siauw Lan yang menangis dihibur A-liong, dan melihat keadaan A-kiu yang telanjang bulat dan hampir putus lehernya, Bi Lian tahu apa yang telah terjadi. Dua orang gadis itu telah dijadikan korban seorang jai-hwa-cat, penjahat pemetik bunga atau tukang memperkosa wanita!

Kemarahannya timbul dan ia pun tahu bahwa jelas pelakunya tentulah pemuda tampan perayu wanita yang mata keranjang itu! Cepat ia pun lari dari situ tanpa diketahui Siauw Lan ataupun A-liong, dan pada saat semua penduduk sedang terkejut melihat betapa senjata mereka tidak mempan terhadap Hay Hay, Bi Lian muncul dan memaki Hay Hay.

Hay Hay mengerutkan alisnya. Gadis galak ini begitu muncul memakinya sebagai seorang penjahat pemetik bunga, sungguh keterlaluan!

"Nanti dulu!" bantahnya. "Aku tidak pernah melakukan perbuatan terkutuk seperti yang kalian tuduhkan itu!"

"Jangan percaya, laki-laki perayu bermulut manis mana bisa dipercaya omongannya? Biar aku yang akan menghajar dan menangkapnya untuk kalian!"

Berkata demikian, Bi Lian sudah menerjang maju. Gadis ini tadi melihat betapa semua senjata mental dari tubuh Hay Hay. Tadi ia terkejut bukan main, juga terheran-heran, merasa kecele dan mukanya berubah merah. Kiranya pemuda ini memiliki kepandaian tinggi. Jadi sikapnya yang pura-pura tolol di kuil itu hanya main-main saja dan ia merasa dipermainkan. Maka, begitu menerjang, ia telah mengirim tamparan dengan tangan kiri ke arah kepala Hay Hay, sebuah serangan pancingan karena tangan kanannya, dengan cepat sekali mengirim serangan susulan menotok ke arah pundak pemuda itu untuk merobohkannya!






Melihat datangnya serangan gadis itu, walaupun hanya dengan tangan kosong, Hay Hay terkejut bukan main. Dia mengenal serangan ampuh, mengenal tangan ampuh yang memiliki tenaga sinkang yang amat hebat. Dan pukulan-pukulan itu sendiri amat ganas.

Tamparan ke arah kepalanya itu mengandung hawa pukulan yang panas dan kalau mengenai sasaran tentu akan menewaskannya dan tangan kanan gadis itu membayangi gerakan tangan kiri, sukar diduga akan menyerang ke mana sebagai susulan!

Dia tahu bahwa tamparan tangan kiri itu hanya gertakan, namun gertakan berbahaya karena merupakan pukulan maut, dan yang lebih berbahaya lagi adalah tangan kanan gadis itu yang siap mengirim serangan susulan.

"Plakk!"

Hay Hay mengangkat tangan kanan menangkis tamparan sambil mengerahkan tenaga sinkang pula, sedangkan matanya waspada mengikuti gerakan tangan kanan Bi Lian. Ketika tangan itu menotok ke arah pundaknya, untuk merobohkannya, dia pun cepat meloncat ke belakang sambil menangkis dengan tangan kirinya.

"Dukkkk!"

Dua kali kedua tangan mereka saling bertemu dan keduanya diam-diam terkejut, maklum akan kekuatan masing-masing. Karena serangannya dapat dihindarkan lawan, Bi Lian menjadi semakin penasaran.

"Jai-hwa-cat memiliki juga sedikit kepandaian!" katanya penuh ejekan dan kini ia menyerang lagi, akan tetapi sekali ini ia tidak main-main dan serangannya demikian kuat dan cepatnya, bertubi-tubi dengan gerakan yang aneh dan ganas sekali sehingga Hay Hay terpaksa berloncatan mundur dan terdesak hebat!

Ketika serangannya yang bertubi-tubi itu tidak pernah mengenai sasaran, Bi Lian menjadi semakin sengit. Ia maklum bahwa lawannya ini benar-benar pandai maka berubahlah niatnya.

Kalau tadi ia hanya ingin menangkapnya untuk diserahkan kepada para penduduk yang akan menghukumnya, kini melihat kelihaian lawan, ia bermaksud untuk merobohkannya, hidup atau mati!

Perubahan ini tentu saja mengubah pula gerakannya yang menjadi semakin kuat dan setiap pukulan merupakan serangan maut! Ketika gadis itu menggosok kedua tangannya, saling menggosok telapak tangan, nampak asap mengepul dari kedua telapak tangannya, dan serangan-serangannya kini mengandung hawa yang panas sekali.

"Ehhh……!!"

Hay Hay berkali-kali berseru kaget dan dia terpaksa selain mengelak juga melakukan tangkisan-tangkisan disertai pengerahan tenaga sinkangnya. Setiap kali lengannya bertemu dengan lengan gadis itu, dia merasa betapa kulit lengan itu kuat dan mengandung hawa panas! Kalau saja sinkangnya tidak kuat untuk melindungi kulitnya, tentu kulit tangannya akan terluka hangus bersentuhan dengan lengan gadis itu.

Para penduduk yang melihat munculnya seorang gadis gagah perkasa yang menyerang pemuda mata keranjang itu kalang-kabut, tidak tinggal diam. Mereka berbesar hati melihat ada seorang gadis yang agaknya lihai sekali dan dapat mengimbangi kelihaian penjahat itu, maka mereka pun kini mulai bergerak mengurung dan setiap kali ada kesempatan, mereka menggerakkan senjata mereka untuk menyerang.

Hay Hay menghadapi pengeroyokan! Baginya orang-orang dusun itu lebih berbahaya daripada Si Gadis lihal! Soalnya, kalau gadis itu dapat ia hadapi dengan sinkang dan ilmu silat, sebaliknya dia harus berhati-hati sekali kalau menangkis serangan orang-orang dusun, karena kalau dia kesalahan tangan dan terlalu kuat mempergunakan sinkang, ada bahayanya dia akan benar-benar menjadi pembunuh!

Terpaksa Hay Hay lalu memainkan satu di antara ilmunya yang hebat, yaitu Jiauw-pouw-poan-soan, ilmu langkah kaki berputaran yang membuat tubuhnya dapat menghindarkan semua serangan, termasuk pukulan-pukulan yang dilancarkan oleh gadis itu. Ilmu Ini merupakan satu di antara ilmu pemberian See-thian Lama.

Diam-diam Bi Lian kagum bukan main. Baru sekali ini semenjak meninggalkan perguruan ia bertemu dengan lawan yang dapat menghindarkan semua serangannya, padahal sudah lebih dari dua puluh jurus ia menyerang tanpa pemuda itu membalas satu kalipun, bahkan disampingnya masih ada orang-orang dusun yang mengeroyok, walaupun bantuan mereka itu sama sekali tidak menguntungkannya, bahkan mengganggu gerakannya saja.

Tiba-tiba terdengar jeritan wanita.
"Berhenti…..! Ahhhh, jangan keroyok dia! Dia tidak bersalah.…. jangan keroyok dia….!”

Semua orang terkejut, menghentikan serangan mereka, bahkan Bi Lian juga meloncat ke belakang dan memutar tubuh memandang. Yang berteriak itu adalah Siauw Lan yang digandeng oleh A-liong.

"Apa maksudmu, Siauw Lan?" bentak kepala dusun kepada keponakannya.

"Paman, bukan dia yang memperkosa aku dan membunuh A-kiu! Dia tidak bersalah….."

Hay Hay membelalakkan matanya memandang kepada Siauw Lan.
"Nona, engkau diperkosa dan temanmu itu dibunuh orang……??"

Siauw Lan menangis, memandang kepada Hay Hay dan mengangguk-angguk.
"Hay-ko…..ahh…..Hay-ko….!"

A-liong mengeluarkan benda yang diterimanya dari Siauw Lan tadi dan berkata, lantang,

"Kawan-kawan, kita memang telah salah sangka. Penjahat itu adalah seorang yang lebih tua dan dia meninggalkan tanda ini!"

Tiba-tiba Bi Lian menggerakkan tubuhnya dan tahu-tahu benda yang dipegang oleh A-liong itu telah pindah ke tangannya. A-liong terkejut dan terbelalak. Bi Lian mengamati benda itu dan mengangguk-angguk.

"Hemm... Ang-hong-cu (Si Tawon Merah)...! Aku pernah mendengar namanya. Seorang jai-hwa-cat yang keji!"

Ia mengembalikan benda itu kepada A-liong, kemudian memandang kepada Hay Hay. Sejenak pandang mereka bertemu dan Bi Lian merasa kikuk sekali. Ia memutar tubuh menghadapi kepala dusun dan berkata.

"Kita telah salah sangka. Aku akan mencari penjahat itu!"

Setelah berkata demikian, sekali berkelebat, gadis itu lenyap dari situ, membuat orang-orang dusun itu terkejut dan melongo. Hanya siluman saja yang dapat menghilang seperti itu, pikir mereka.

“Bagaimana sekarang? Apakah Cuwi masih menuduh aku yang melakukan perbuatan terkutuk itu?"

Hay Hay bertanya sambil tersenyum. Dia tidak marah kepada orang-orang dusun ini. Dia marah kepada si jai-hwa-cat. Gadis bertahi lalat ini diperkosanya! Dan gadis hitam manis itu malah dibunuhnya.

Si Kepala Dusun menjura ke arah Hay Hay.
"Maafkan kami. Kami salah sangka terhadap Kongcu "

"Sudahlah, kalau aku boleh pergi, sekarang juga aku akan mencoba untuk mengejar dan mencari keparat itu.” Kemudian dia memandang kepada Siauw Lan dan berkata, "Adik manis, nasibmu memang buruk sekali. Akan tetapi peristiwa itu telah lalu dan aku melihat ada orang yang mencintamu dan tentu mau melindungimu. Kalau aku berhasil menemukan penjahat Ang-hong-cu itu, tentu akan kuhajar dia, kubalaskan sakit hatimu."

Siauw Lan masih menangis, hanya mengangguk dan bibirnya bergerak perlahan.
"Terima kasih, Hay-ko."

Hay Hay mengambil buntalan pakaiannya, membuang selimut dan bajunya yang sudah robek-robek, kemudian dia pun tidak lagi menyembunyikan kepandaiannya dan sekali berkelebat, seperti yang dilakukan Bi Lian tadi, dia sudah lenyap pula dari situ.

Untuk kedua kalinya, para penduduk dusun itu melongo dan menggeleng-geleng kepala, merasa malu akan kebodohan mereka sendiri. Mereka telah menuduh yang bukan-bukan terhadap pemuda itu, padahal pemuda itu demikian lihainya sehingga kalau dikehendaki, tentu pemuda itu berbalik akan mampu merobohkan mereka semua satu demi satu!

Mereka lalu kembali ke dusun, mengambil dan mengurus jenazah A-kiu, sedangkan Siauw Lan terus diantar dan dihibur oleh A-liong sehingga ia pun merasa terhibur dan tidak lagi mempunyai niat untuk membunuh diri mencuci aib.

**** 046 ****
Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar