*

*

Ads

Minggu, 22 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 057

Tiba-tiba terjadi perubahan pada wajah Ji Sun Bi. Wajah yang tadinya agak pucat dan pandang matanya sayu merayu itu, kini berubah kemerahan dan pandang matanya berubah sama sekali, menjadi berkilat. Mata yang tadinya memandang kepadanya dengan setengah terpejam, basah dan sayu, kini mencorong dan melotot. Mulut yang tadinya tersenyum manis, agak terengah dan menciuminya, juga diciuminya, kini ditarik keras dan terdengar suaranya membentak keras,

"Hay Hay, sekali lagi. Benar engkau tidak memenuhi kehendak hatiku, memuaskan hasrat cintaku?"

Hay Hay terkejut melihat perubahan itu dan baru sekarang dia melihat kekejaman membayang pada sinar mata dan mulut itu. Dia hanya menggeleng kepala, merasa heran terkejut dan juga penasaran. Belum pernah dia bertemu dengan wanita senekat ini.

"Keparat jahanam! Apakah engkau lebih senang mampus?"

Wanita itu, dengan mulutnya yang manis, hangat dan bergairah, kini memaki dengan kata-kata yang penuh kebencian.

"Sun Bi, ingatlah. Kita bersahabat, bukan? Kita baru saja bertemu, dan kita telah menjadi teman "

"Cukup! Untuk yang terakhir, mau tidak engkau melayani aku?"

Hay Hay mengerti apa yang dimaksudkan dan dengan sikap tegas dia menggeleng kepala.

"Mampuslah!”

Tiba-tiba saja wanita itu sudah menerjang dengan pukulan tangan miring ke arah lehernya. Pukulan maut! Wanita ini jelas bermaksud membunuhnya sebagai pelampiasan kemarahan dan kekecewaan hatinya. Keganasan dan kekejamannya ini mengejutkan Hay Hay, walaupun serangan itu sendiri tidak mengejutkannya karena dia memang sudah bersikap waspada sejak tadi. Dengan mudah saja dia mengelak ke kiri, membiarkan pukulan itu lewat tanpa membalas.

Kini Jin Sun Bi yang merasa terkejut sendiri. Ia tadi sudah merasa yakin bahwa dengan sekali pukulan saja, pria yang mengecewakan hatinya itu tentu akan roboh dan tewas. Pukulannya tadi selain keras bertenaga, juga dilakukan dengan kecepatan kilat. Akan tetapi, siapa kira bahwa pemuda yang kelihatannya lemah ini mampu mengelak dan menghindarkan diri dari pukulan pertamanya. Ia masih merasa penasaran dan mengira bahwa hal itu hanya kebetulan saja.

"Heiiiittt …..!"

Serangan berikutnya menyusul dan sekali ini, kedua tangannya mencengkeram dari kanan kiri, disusul tendangan kakinya.

"Wuuuttt... dukkk!"

Tubuh Ji Sun Bi hampir terpelanting ketika tendangannya ditangkis Hay Hay setelah kedua cengkeramannya mengenai angin saja. Barulah wanita itu sadar bahwa pemuda itu ternyata tidaklah selemah yang disangkanya.

"Keparat, kiranya engkau dapat bersilat? Nah, kau sambutlah ini!"

Dan kini Ji Sun Bi menyerang seperti datangnya gelombang lautan yang ganas sekali, menghujankan serangan bertubi-tubi dengan gencar sekali dan setiap pukulan mengandung tenaga sin-kang yang akan dapat menewaskan seorang lawan tangguh!

Hay Hay maklum bahwa dia tidak boleh main-main lagi. Bagaimanapun juga, wanita ini ternyata memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi daripada yang diduganya semula. Hal ini dapat diukurnya dari pertemuan tangan ketika dia menangkis tadi, juga dari kecepatan gerakannya. Maka, dia pun tidak mungkin tinggal diam dan hanya mengandalkan elakan dan tangkisan. Kalau hal ini terus dilakukan, dia dapat terancam bahaya. Apalagi karena dia maklum bahwa wanita ini jahat sekali, tentu inilah golongan wanita sesat yang pernah dia dengar diceritakan oleh Ciu-sian Sin-kai, gurunya yang ke dua.

Menurut gurunya, dia harus berhati-hati menghadapi wanita-wanita cantik yang berwatak cabul, karena selain mereka itu lihai, juga licik dan pandai merayu.

"Hati-hati," demikian antara lain gurunya berpesan, "engkau memiliki kelemahan terhadap wanita, dan rayuan wanita cantik jauh lebih berbahaya dan sukar dielakkan daripada serangan yang bagaimanapun dahsyatnya."






Kini baru dia mengalammya sendiri. Memang Sun Bi wanita hebat. Tadi hampir saja dia jatuh. Kepandaian wanita itu bercumbu rayu membuat dia hampir takluk. Untung dia masih dapat bertahan dan menghindar pada saat terakhir. Dan dalam pengalaman pertama ini, Hay Hay memperoleh pelajaran yang baik sekali, yaitu bahwa yang berat bukan mengelakkan diri dari cumbu rayu wanita cantik, melainkan mengalahkan nafsunya sendiri! Dalam hal ini, dia berhasil karena dia telah digembleng sejak kecil oleh dua orang sakti sehingga dia memiliki kekuatan batin yang cukup untuk menguasai nafsunya sendiri.

"Ah, kiranya engkau seorang wanita yang kejam sekali, Ji Sun Bi!" kata Hay Hay sambil menangkis sebuah pukulan, lalu membalas dengan tamparan ke arah pundak wanita itu.

"Aihhh ?..!"

Sun Bi melempar tubuh ke belakang karena nyaris pundaknya terkena tamparan yang
datangnya demikian cepat, tidak terduga, juga kuat bukan main. Ia menjadi semakin terkejut dan penasaran. Kiranya pemuda ini bukan hanya dapat bersilat, bahkan memiliki kepandaian yang tinggi!

Gairah cintanya bangkit kembali, akan tetapi segera hatinya kecewa teringat betapa pemuda yang tampan, menarik hati ini menolaknya mentah-mentah. Ah, alangkah senangnya kalau dia dapat memiliki seorang kekasih seperti ini, selain tampan dan romantis, juga dapat menjadi kawan yang amat kuat untuk menghadapi musuh. Ia merasa kecewa sekali dan kekecewaan ini menimbulkan kebencian.

"Jahanam keparat, engkau harus mampus di tanganku!" bentaknya dan begitu kedua tangannya bergerak menyambar buntalannya yang panjang, ia telah mencabut keluar sepasang pedang yang berkilauan saking tajamnya.

Kini, ia menerjang dengan sepasang pedangnya, demikian cepat dan kuat gerakannya sehingga yang nampak hanya dua gulungan sinar pedang yang mengeluarkan suara berdesing-desing!

Diam-diam Hay Hay terkejut dan kagum. Wanita ini benar-benar lihai sekali, walaupun belum tentu selihai Bi Lian, akan tetapi juga amat berbahaya dan sudah mencapai tingkat yang tinggi.

Dia masih bersikap tenang dan menghadapi serangan sepasang pedang itu dengan tangan kosong saja. Dengan Jiauw-pouw-poan-soan, yaitu langkah ajaib yang dipelajarinya dari Seethian-Lama, tubuhnya dapat berputar-putaran secara tenang dan aneh sekali, semua sambaran pedang-pedang di kedua tangan lawan itu tidak pernah dapat menyentuhnya.

Ilmu ini memang hebat, merupakan sebuah di antara ilmu-ilmu yang aneh dan tinggi dari See-thian Lama, seorang di antara Delapan Dewa itu. Bahkan dari dalam lingkaran yang dibuat oleh gerakan kedua kakinya yang melakukan langkah-langkah berputaran, dia dapat membalas dengan serangan-serangan pembalasan. Setiap kali tangannya mencuat keluar dari lingkaran dan mengirim tamparan, tentu lawannya berteriak kaget dan terpaksa menyelamatkan diri dengan pelemparan tubuh ke belakang.

Pada saat itu, tiba-tiba terdengar bentakan orang, suaranya tinggi kecil melengking, menyakitkan anak telinga,

"Heiii, siapa berani kurang ajar terhadap muridku?"

Hay Hay cepat melangkah ke belakang dan memandang. Kiranya yang muncul adalah seorang laki-laki berusia kurang lebih enam puluh tahun. Orang ini bertubuh kurus dan bermuka pucat seperti orang berpenyakitan. Akan tetapi pakaiannya mewah dan pesolek, sedangkan sebatang pedang tergantung di punggungnya. Kakek ini demikian pesolek sehingga menggelikan karena dia memakai penghitam alis dan pemerah bibir!

Sementara itu, melihat munculnya kakek ini, Ji Sun Bi cepat berkata dengan sikap dan suara yang manja sekali.

"Suhu... ah, suhu, bantulah aku menghukum laki-laki ini. Dia telah berani menolak untuk
melayaniku bermain cinta!"

"Apa... ?? Wah, itu penghinaan namanya. Tidak ada laki-laki di dunia ini, kecuali aku, cukup berharga untuk bercinta dengan Sun Bi, dan dia berani menolakmu? Wah, dia harus mampus!"

Kakek itu mencabut pedangnya dan kini bersama Ji Sun Bi, dia menerjang dan mengeroyok Hay Hay.

Pemuda ini terkejut melihat kehebatan dan kekuatan dalam serangan kakek itu, maka cepat dia meloncat ke belakang untuk menghindarkan serangan mereka. Dia merasa tidak perlu lagi bicara dengan kakek itu. Dari percakapan mereka saja dia sudah tahu bahwa guru dan murid itu adalah manusia-manusia iblis, orang-orang sesat yang mungkin merupakan tokoh-tokoh golongan hitam yang tidak dikenalnya.

Percuma bicara dengan orang-orang seperti mereka, pikirnya, maka sambil melompat tadi, dia melihat-lihat untuk mencari buntalan pakaiannya. Buntalan itu masih di tempat tadi, di dekat bekas api unggun di tepi sungai. Maka cepat dia melompat ke sana, menyambar buntalan pakaiannya dan mencabut keluar sebatang suling terbuat dari kayu hitam.

Suling seperti milik Ciu-sian Sin-kai, terbuat dari semacam kayu pohon yang hanya tumbuh di Pulau Hiu, kayunya ulet sekali dan suling kayu sepanjang tiga kaki itu selain dapat ditiup seperti suling biasa, juga merupakan senjata yang ampuh, senjata khas dari Ciu-sian Sin-kai!

Dengan suling kayu hitam di tangan, dan buntalan diikat di punggung. Hay Hay kini menghadapi dua orang pengeroyoknya. Guru dan murid itu kini mengepung dari kanan kiri dan begitu kakek itu mengeluarkan pekik melengking yang menggetarkan jantung, dia dan muridnya sudah menerjang dari kanan kiri dengan cepat dan kuat, dengan serangan maut karena memang mereka menyerang untuk membunuh.

"Cring ?..! Tranggg!!" Bunga api berpijar di kanan kiri Hay Hay.

Kakek itu berseru kaget dan pedangnya terpental, sedangkan Sun Bi terhuyung oleh tangkisan itu. Guru dan murid itu semakin terkejut. Kiranya pemuda itu benar-benar hebat, pikir mereka dengan penasaran dan kini mereka menyerang dengan lebih hebat pula.

Akan tetapi Hay Hay sudah siap siaga. Dengan langkah-langkah Jiauw-pouw-poan-soan yang dipelajarinya dari See-thian Lama dia dapat menghindarkan diri dari kepungan lawan, dan suling hitamnya menciptakan gulungan sinar hitam yang mengeluarkan bunyi berdengung-dengung, dengan gerakan aneh namun mantap dan kuat sekali.

Biarpun guru dan murid itu memiliki ilmu pedang yang ganas, liar dah lihai, namun sebagai murid dari dua orang kakek sakti yang menjadi dua orang di antara Delapan Dewa, tingkat ilmu kepandaian Hay-Hay lebih tinggi sehingga setelah mereka berkelahi selama lima Ipuluh jurus lebih, guru dan murid itu mulai mendesak.

"Haiiiittt ...!"

Sun Bi menubruk dengan nekat, menggunakan pedangnya untuk membacok kepala Hay-Hay, sedangkan tangan kirinya mencengkeram ke arah dada, tubuhnya meloncat seperti seekor harimau menubruk.

Hay Hay mulai merasa muak dengan kekejaman guru dan murid itu ini. Dia menangkis pedang, mengelak dari cengkeraman tangan kiri wanita itu dan kakinya menendang.

"Desss..."

Tubuh Sun Bi terlempar sampai tiga meter dan terbanting ke atas tanah. Untung baginya bahwa Hay Hay tidak bermaksud membunuhnya, sehingga tendangan itu mengandung tenaga yang terbatas saja.

Melihat muridnya roboh, kakek itu tidak jadi menyerang Hay Hay melainkan cepat menghampiri muridnya yang merintih kesakitan. Dengan sikap amat menyayang, kakek itu bertanya.

"Di mana yang sakit, Sun Bi? Apanya yang sakit?"

"Aduh, Suhu... lengan kiriku... terbanting, nyeri sekali...," kata wanita itu sambil merintih-rintih.

Kakek itu cepat mengurut lengan kiri, menyingsingkan lengan bajunya. Setelah mengurut lengan itu, dia lalu menundukkan mukanya dan menciumi lengan yang nampak membiru itu.

"Sudah, nanti sebentar tentu sembuh."

Hay Hay berdiri bengong. Kalau dia mau, tentu saja dengan muda dia akan menyerang dan merobohkan mereka. Akan tetapi dia terlampau heran melihat apa yang terjadi antara guru dan murid itu. Gilakah kakek itu?

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar