*

*

Ads

Senin, 28 Mei 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 166

Cia Kui Hong bukan saja memperoleh pendidikan ilmu silat dari ayah dan ibunya yang merupakan sepasang pendekar terkenal dan pernah menggegerkan dunia persilatan dua puluh tahun yang lalu (baca Asmara Berdarah ), akan tetapi bahkan selama tiga tahun ia digembleng oleh kakek dan neneknya.

Kalau ayahnya dan ibunya yang bukan lain adalah Cia Hui Song dan Ceng Sui Cin sudah lihai, kakek dan neneknya lebih lihai dan lebih terkenal pula. Kakeknya adalah Pendekar Sadis Ceng Thian Sin, sedangkan neneknya tak kalah lihainya, yaitu nenek Toan Kim Hong yang pernah menjadi "datuk" kaum sesat dengan julukan Lam Sin. Tentu saja, setelah selama tiga tahun digembleng oleh kakek dan neneknya, ilmu kepandaian Kui Hong meningkat dengan pesatnya dan kini ia menjadi seorang gadis berusia delapan belas tahun yang amat lihai, gagah perkasa, galak dan juga manis dan agak ugal-ugalan!

"Wah, wah, tobat, nanti dulu, Nona…!" kata Hay Hay ketika melihat gadis itu menerjangnya lagi dengan hantaman yang lebih hebat dari tadi.

Melihat betapa pemuda yang menjengkelkan hatinya itu tadi mampu menghindarkan dirinya dari satu jurus Ilmu Silat Hok-mo Sin-kun (Silat Sakti Penaluk Iblis) yang dipergunakan, kini Kui Hong maklum bahwa pemuda itupun bukan orang sembarangan, maka ia cepat menyerang lagi dan kini ia sengaja mengeluarkan ilmu silat yang paling rumit dan sulit ketika ia pelajari dari kakeknya.

Ilmu silat itu adalah Hok-liong Sin-ciang yang hanya delapan jurus, namun delapan jurus yang teramat hebat, dan sukar dilawan karena merupakan jurus-jurus pilihan yang luar biasa. Juga di dalam ilmu silat ini dipergunakan sin-kang yang amat kuat.

Sebetulnya, Ilmu Silat Hok-liong Sin-ciang (Silat Sakti Penaluk Naga) ini khusus menjadi ilmu simpanan Pendekar Sadis Ceng Thian Sin, akan tetapi karena sayangnya kepada cucunya, dia mengajarkannya kepada cucunya walaupun tidak mudah bagi Kui Hong untuk menguasainya. Namun, biar belum sempurna ia menguasai ilmu silat itu, sudah cukup dahsyat kalau dipergunakan.

"Wuuuutttt…!"

Demikianlah angin menyambar kuat ketika gadis yang tadinya membuat gerakan merendahkan tubuhhya sampai berjongkok itu tiba-tiba menerjang ke arah Hay Hay dengan pukulan kedua tangan, didorongkan dan mulutnya mengeluarkan bentakan yang melengking.

"Haiiiiittt…!"

Hay Hay melihat dan mengenal pukulan dahsyat. Karena diapun mempunyai watak yang ugal-ugalan, dan suka sekali menguji kepandaian dan tenaga orang lain, maka diapun sambil tersenyum mendorongkan kedua tangan menyambut pukulan itu.

"'Dessss….!"

Dua kekuatan yang sama dahsyatnya bertemu di udara dan akibatnya, tubuh Hay Hay terdorong hebat sehingga dia harus melangkah mundur sampai lima langkah, akan tetapi dilain pihak, Kui Hong tak dapat menahan kekuatan dorongan yang amat hebatnya, yang membuat tenaganya membalik dan tubuhnya terdorong ke belakang sampai ia terjengkang dan terpaksa ia harus bergulingan agar tidak terbanting hebat!

Akan tetapi, ia sudah mampu mengerahkan sin-kangnya sehingga tidak sampai terluka oleh tenaganya sendiri yang membalik tadi, dan baru setelah tubuhnya menabrak batang pohon, ia berhenti bergulingan lalu meloncat berdiri dengan muka berubah pucat, lalu berubah pula menjadi merah sekali.

Mukanya merah karena ia menjadi marah dan juga malu! Menurut kakeknya, pukulan dengan Ilmu Hok-liong Sin-ciang itu amat hebatnya, jarang ada orang yang mampu menahannya, maka hal itu hanya berarti bahwa lawan itu memiliki tingkat kepandaian yang jauh lebih tinggi darinya.

Sementara itu, melihat gadis itu bergulingan sampai menabrak batang pohon, Hay Hay terkejut bukan main dan merasa menyesal. Dia meloncat dengan gerakan ringan ke depan gadis itu, senyumnya lenyap terganti kekhawatiran.

"Ah, harap engkau suka memaafkan aku, Nona. Sungguh aku tidak sengaja untuk mencelakakan dirimu. Apakah engkau terluka, Nona?"

Sikap baik dari Hay Hay ini membuat Kui Hong menjadi semakin marah. Ia merasa diejek dan perutnya terasa panas bukan main.

"Manusia iblis, kau kira aku sudah mengaku kalah?"

Berkata demikian, iapun menerjang lagi dan sekali ini, walaupun pukulannya tidak sedahsyat tadi, namun gerakannya jauh lebih cepat daripada tadi. Memang, Kui Hong maklum bahwa mempergunakan tenaga sakti dan mengandalkan ilmu silat yang keras tidak akan menolongnya karena ternyata lawannya memiliki tenaga yang lebih kuat.






Maka, iapun menyerang dengan mengandalkan gin-kangnya. Gadis ini sudah menguasai ilmu meringankan tubuh yang disebut Bu-eng-hui-teng (Lari Terbang Tanpa Bayangan), yang dipelajari dari ibunya, disempurnakan oleh gemblengan neneknya yang memiliki gin-kang lebih hebat lagi. Dan untuk lebih memperhebat gin-kangnya, ia memilih ilmu silat yang paling cepat, yang dipelajarinya dari kakeknya, yaitu Ilmu silat Pat-hong Sin-kun (Silat Sakti Delapan Penjuru Angin). Gerakannya demikian cepatnya sehingga tubuhnya berkelebatan, lenyap bentuknya berubah menjadi bayangan yang sukar diikuti oleh pandang mata.

"Ih, engkau memang lihai sekali, Nona!" kata Hay Hay dan diapun kini menjadi lega karena jelas bahwa benturan tenaga tadi tidak membuat gadis itu terluka sama sekali!

Dia menjadi semakin kagum. Gadis ini lihai ilmu silatnya, kuat sin-kangnya dan hebat pula gin-kangnya. Kiranya hanya Kok Hui Lian sajalah yang akan mampu menandingi gadis hebat ini, pikirnya. Melihat betapa kini gadis itu menggunakan ilmu silat yang luar biasa cepatnya, diapun melayaninya dengan gerakan cepat.

Namun, diam-diam dia merasa menyesal dan khawatir karena melihat betapa gadis itu bersungguh-sungguh dalam penyerangannya dan agaknya gadis itu sudah marah bukan main. Kiranya akan sukarlah menundukkan gadis yang keras hati ini dengan sikap manis, maka diapun mengalah dan hanya mengelak ke sana-sini sambil berloncatan dan tak pernah membalas.

Akan tetapi, biarpun Hay Hay sengaja mengalah agar gadis itu menyadari sendiri bahwa dia tidak ingin bermusuhan, ternyata diterima dengan keliru pula oleh Kui Hong. Karena Hay Hay sama sekali tidak membalas, hanya mengelak dengan amat cepatnya, dan kadang-kadang menangkis dengan tenaga lunak, maka iapun menganggap bahwa hal itu membuktikan bahwa lawannya ini amat memandang rendah kepadanya dan sedang mempermainkannya!

Namun, diam-diam iapun terkejut bukan main karena baru sekarang ia tahu benar betapa tingginya ilmu kepandaian orang ini. Benar kata kakeknya. Dia yang mampu menahan pukulan dari Ilmu Silat Hok-mo Sin-kun tentu memiliki kepandaian yang lebih tinggi darinya.

Akan tetapi, bukan watak Kui Hong untuk merasa jerih dan mau mengaku kalah! Ia memperhebat serangannya, mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaganya sehingga ia berhasil mendesak Hay Hay yang sama sekali tidak mau membalas itu.

Menghadapi seorang cucu Pendekar Sadis yang sedang marah, yang menyerangnya bertubi-tubi tanpa membalas sama sekali, biar Hay Hay memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi lagi, tentu akan berbahaya dan terdesak. Tidak mungkin mengandalkan pengelakan dan tangkisan belaka untuk membendung serangan yang datang bertubi-tubi seperti gelombang samudera yang sedang mengamuk itu.

Hay Hay mulai merasa bingung. Ia tidak mau mempergunakan ilmu sihir lagi karena akibatnya tentu akan membuat gadis itu semakin marah dan benci kepadanya. Amukan gadis inipun karena tadi ia mempergunakan sihir dan ia dimaki sebagai manusia iblis dan dukun lepus!

"Haiiii, Nona, tahan dulu! Aku sama sekali tidak ingin bermusuhan denganmu!" teriaknya berkali-kali.

Akan tetapi, agaknya Kui Hong sudah menulikan telinga, tidak sudi mendengarkan omongannya lagi, bahkan menyerang terus walaupun kini leher dan dahinya telah berkeringat, dan napasnya sudah agak memburu karena sejak tadi ia menyerang dengan sepenuh tenaga dan telah mengerahkan ginkangnya.

"Nona yang baik, ambillah kijang itu, aku tidak mendapat bagianpun tidak mengapa!" teriak pula Hay Hay menjadi semakin bingung.

Kalau dilanjutkan, akhirnya ia akan terpukul dan celaka, atau nona itu akan kehabisan napas dan tenaga dan ini membahayakan pula gadis yang nekat itu. Maka diapun melompat lagi lalu melarikan diri ke arah puncak bukit! Akan tetapi, Kui Hong juga mengerahkan ilmu berlari cepatnya dan melakukan pengejaran dengan amat nekat.

Celaka, pikir Hay Hay. Gadis itu justeru memiliki ilmu berlari cepat yang amat hebat. Diapun mengerahkan tenaganya dengan harapan bahwa kalau dia sudah lebih dulu melewati puncak bukit akan menemukan hutan yang lebat di sebelah sana dan dia akan mampu bersembunyi. Bagaimanapun juga, gadis ini sudah lelah dan tentu dia akan mampu mendahuluinya sampai ke puncak bukit di atas itu.

Perhitungan Hay Hay memang benar. Ketika dia mengerahkan tenaga mempercepat larinya, Kui Hong agak tertinggal. Gadis itu sudah merasa lelah sekali, akan tetapi dengan nekat ia berusaha mengejar dan menyusul. Hatinya gemas bukan main terhadap pemuda yang telah mempermainkannya seenak perutnya sendiri itu. Ia harus dapat menghajarnya sampai pemuda itu minta-minta ampun!

Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati Hay Hay ketika dia tiba di puncak bukit itu. Ternyata di sebelah sananya bukan terdapat hutan, bahkan tidak terdapat jalan turun karena di sebelah sana yang ada hanya jurang yang amat curam! Tebing yang tegak lurus, yang memisahkan puncak itu dengan daratan lain bagian bukit itu selebar kurang lebih dua ratus meter. Tidak mungkin dilompati, kecuali kalau dia pandai terbang. Dan dia bukan burung!

Sementara itu, Kui Hong sudah dapat menyusulnya dan biarpun kini napas gadis itu sudah terengah-engah, tetap saja Kui Hong menyerangnya lagi dengan dahsyat.

"Cukuplah, Nona, biarlah aku mengaku kalah dan salah!" kata Hay Hay yang merasa terjebak dan tidak mampu lari lagi mengelak.

Akan tetapi, tanpa menjawab, dengan napas mendengus-dengus, Kui Hong sudah menyerangnya dengan cengkeraman ke arah kepalanya. Terpaksa Hay Hay menangkap pergelangan tangan itu dengan maksud untuk menundukkan dengan kepandaiannya.

Akan tetapi, tiba-tiba saja gadis itu menggerakkan kepalanya dan rambutnya terlepas dari gelungnya, rambut yang hitam panjang dan harum itu kini menyambar ke arah muka dan pundak kanan Hay Hay, mengeluarkan suara bersiut seperti serangan cambuk saja. Bukan main!

Gadis ini pandai mempergunakan rambut sebagai senjata! Memang benar, Kui Hong telah mempelajari ilmu mempergunakan rambut ini dari neneknya! Dan jangan dikira rambut itu tidak berbahaya! Lecutannya seperti sebatang cambuk dan kalau sampai mengenai muka, terutama mata, dapat mencelakai lawan!

Menghadapi lecutan rambut ini, terpaksa Hay Hay melepaskan pegangannya dan meloncat ke belakang, akan tetapi pada saat itu, tangan kiri Kui Hong bergerak dan sinar merah menyambar ke arah tubuh Hay Hay.

Pemuda ini cepat menggerakkan tangan untuk menangkis senjata rahasia itu dengan angin pukulannya, dan beberapa batang jarum merah itupun runtuh. Hay Hay semakin kaget. Jarum merah itu tentu mengandung racun.

Memang itulah Ang-tok-ciam (Jarum Racun Merah) yang dipelajari oleh Kui Hong dari neneknya. Diam-diam gadis itupun kagum melihat betapa pemuda itu mampu meruntuhkan jarum-jarumnya hanya dengan hawa pukulan tangannya. Akan tetapi hal ini bahkan membuat ia merasa penasaran sekali dan kini ia maju lagi sambil mendesak lawan dengan ilmu silat yang nampaknya halus dan lemah.

Melihat pukulan lemah itu, Hay Hay merasa heran. Apakah akhirnya gadis ini sudah kehabisan tenaganya setelah menyerangnya dengan rambut dan kemudian jarum merah? Dia mencoba untuk menangkis pukulan lemah itu, untuk mengukur apakah benar gadis itu sudah kehabisan tenaga.

"Plakk…!"

Dan Hay Hay terkejut bukan main. Lengannya bertemu dengan telapak tangan yang halus dan lunak sekali. Itulah Rian-kun (Silat Tangan Kapas) yang memang nampaknya saja lunak, namun begitu halusnya sehingga tenaga sin-kang dan kekerasan pihak lawan akan luluh seperti batu dilempar pada permukaan telaga saja!

Ketika merasa betapa tenaganya luluh, Hay Hay maklum bahwa gadis ini murid seorang yang amat sakti. Itulah puncak dari ilmu silat, yang selalu mendasarkan kepada pegangan pokok bahwa dengan kelemahan mengalahkan kekerasan! Dia cepat meloncat lagi ke belakang, akan tetapi tangan yang halus lunak itu telah memegang lengannya sehingga ketika dengan sepenuh tenaga Hay Hay meloncat ke belakang, tubuh Kui Hong terbawa pula.

Dan, karena Hay Hay terlalu tegang menghadapi serangan-serangan maut tadi, dia sampai lengah, tidak melihat ke mana dia melompat, tidak tahu bahwa lompatannya kali ini membuat tubuhnya dan tubuh Kui Hong melayang melalui tepi tebing dan mereka, tanpa dapat dicegah lagi, terjun melayang ke dalam jurang yang amat curam itu!

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar