*

*

Ads

Rabu, 30 Mei 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 178

"Kalian datang dari tiada, kembalilah kepada tiada!" serunya dan tangannya melontarkan tanah ke arah bayangan-bayangan itu.

Tanah itu melayang berpencar lebar dan mengenai lima sosok bayangan. Terdengar pekik-pekik mengerikan dan lima sosok bayangan setan itu menghilang, berubah menjadi asap hitam dan kini lima gumpal asap itu menjadi satu, hitam dan tebal bergerak perlahan, membentuk sosok bayangan yang amat panjang dan ternyata berubah menjadi seekor naga hitam yang amat mengerikan!

“Ihhh…!"

Kui Hong menggigil ketakutan. Gadis ini adalah seorang pendekar wanita yang gagah perkasa, berilmu tinggi dan memiliki keberanian menghadapi lawan yang bagaimanapun juga. Akan tetapi, karena sebelumnya tadi ia sudah merasa ngeri ketika bicara tentang setan dengan Hay Hay, maka kini begitu muncul apa yang disangkanya setan benar-benar, ia kehilangan ketabahannya dan merasa takut bukan main.

Ia menganggap bahwa semua ilmu silatnya tidak ada artinya sama sekali untuk melawan setan, dan kemunculan bentuk-bentuk yang menyeramkan itu menambah rasa takutnya. Apalagi tadi sudah dicobanya, ketika ia memukul, tangannya tembus saja tanpa mempengaruhi sedikitpun terhadap bayangan-bayangan itu. Kini rasa takut membuat wajahnya pucat, kepalanya pening dan tubuhnya lemas seolah-olah semua tenaganya lenyap meninggalkan tubuhnya.

Melihat betapa Kui Hong ketakutan, Hay Hay menjadi mendongkol juga kepada lima orang yang sedang mengganggu mereka dengan ilmu hitam. Dia mengerahkan semua tenaganya karena kini lima orang itu, dengan mempersatukan kekuatan sihir mereka, telah membentuk bayangan seekor naga hitam. Seperti yang pernah dipelajarinya dari Pek-mau San-jin, kembali tangannya mencengkeram segenggam tanah, mulutnya membaca mantra yang artinya.

"Ngo-heng (Lima Unsur Inti) menjadi senjataku, Im-yang (Positip Negatip) rnenjadi perisaiku, kekuasaan Tuhan menjadi peganganku, dan hancurlah semua anasir jahat!"

Dia melontarkan tanah itu ke arah bayangan naga yang amat menyeramkan itu, yang kini agaknya hendak menerkam kedua orang muda itu, dengan mata yang bernyala, dengan mulut terbuka nampak gigi dan lidahya yang mengeluarkan asap dan suara geraman dahsyat.

"Darrr….!"

Terdengar bunyi ledakan dan bayangan naga hitam itupun lenyap berubah menjadi asap hitam dan kini nampaklah lima orang laki-laki berpakaian pendeta dengan gambar bunga teratai di jubah bagian dada mereka. Lima orang itu nampak marah sekali dan dengan cepat mereka menerjang ke arah Hay Hay dengan gaya masing-masing.

Ada yang menubruk seperti seekor harimau menubruk kambing, ada yang menghantamkan kedua tangan ke arah kepala Hay Hay, ada pula yang melakukan tendangan kilat, dan ada pula yang mempergunakan tenaga dalam untuk menghantamkan kedua telapak tangan ke arah pemuda itu. Gerakan mereka itu berbareng, dan agaknya memang disengaja agar pemuda itu tidak lagi mampu menghindarkan diri dari pengeroyokan itu.

Akan tetapi mereka itu terlalu memandang rendah kepada pemuda sederhana ini. Pengalaman mereka tadi saja, ketika mereka menggabungkan kekuatan sihir dan dibikin hancur dengan mudah oleh Hay Hay, mestinya telah memperingatkan mereka bahwa mereka menghadapi seorang pemuda yang amat lihai. Akan tetapi agaknya mereka memang bandel dan belum mengaku kalah.

Kui Hong masih ketakutan, seperti lemas dan hanya bersandar kepada Hay Hay. Ia masih bingung dan masih menganggap bahwa lima orang itu adalah setan-setan atau para siluman menyeramkan, yang tidak dapat dilawan dengan ilmu silat. Maka, melihat betapa mereka kini menerjang Hay Hay, iapun hanya menonton saja dengan tubuh masih gemetar.

Akan tetapi, melihat serangan mereka, Hay Hay yang waspada sudah dapat mengukur tenaga mereka, maka diapun masih tetap saja duduk dan untuk menghadapi serangan mereka itu, dia menyambutnya dengan dorongan kedua tangannya, dengan telapak tangan menghadap ke depan.

“Haiiittt….!"

Pemuda itu membentak dan suaranya mengandung khi-kang amat kuat, sedangkan dari kedua telapak tangannya menyambar hawa pukulan dahsyat menyambut serangan lima orang itu. Terdengar teriakan-teriakan keras dan tubuh lima orang itu terjengkang dan terbanting roboh!

Mereka baru terkejut bukan main, baru menyadari bahwa mereka berhadapan dengan orang yang memiliki tingkat kepandaian yang jauh lebih tinggi daripada mereka, maka tanpa dikomando lagi, lima orang itupun lalu berloncatan dan lari menghilang di dalam kegelapan bayangan-bayangan pohon.

Setelah lima orang pendeta Pek-lian-kauw itu pergi, baru Hay Hay memperhatikan keadaan Kui Hong. Gadis itu masih merangkulnya dan dengan tubuh lemas bersandar kepadanya, seperti orang kehabisan tenaga, dengan tubuh masih agak dingin gemetar, seperti seekor kelinci ketakutan yang baru saja terhindar dari terkaman harimau.






"Tenanglah, Kui Hong, mereka sudah pergi." kata Hay Hay dengan hati iba.

Dia tahu bahwa Kui Hong bukan seorang pengecut atau penakut, akan tetapi pada saat itu gadis ini sedang dilanda rasa takut dan kengerian terhadap setan yang ia merasa takkan mampu melawannya.

Mendengar ucapan Hay Hay itu, Kui Hong rnengeluh tanda lega hatinya, akan tetapi ketegangan hatinya masih belum lenyap dan iapun masih menyandarkan kepalanya di pundak Hay Hay dan untuk melepaskan ketegangan hatinya, ia memejamkan kedua matanya.

"Aku... aku tadi takut sekali…" desahnya.

Hay Hay tersenyum dan menunduk. Dilihatnya wajah yang manis itu masih pucat, bahkan nampak lebih pucat karena sinar bulan yang memang membuat suasana nampak pucat itu. Rambut itu terurai dan nampak leher yang panjang, kulit leher yang demikian halusnya seperti lilin, putih mulus dan menantang. Hay Hay terbayang akan semua pengalamannya, pertama dengan Ji Sun Bi, kemudian dengan Kok Hui Lian dan tergeraklah hatinya, bernyalalah api gairah dalam dirinya dan bagaikan orang yang tak sadar, diapun mendekatkan bibirnya dan di lain saat dengan lembut mulutnya sudah mencium leher Kui Hong.

Leher itu menegang sesaat, akan tetapi lalu lemas kernbali. Kui Hong tetap memejamkan kedua matanya dan napasnya terengah-engah, akan tetapi Hay Hay merasa betapa leher itu menjadi hangat dan lembut. Dia menjadi semakin lupa diri, tenggelam dalam perasaan mesra yang mendalam.

Bibirnya mengecup kulit leher itu, ujung lidahnya menjilat-jilat dan Kui Hong mengeluarkan keluhan lirih, memanjang dan tubuhnya menggelinjang. Bibir Hay Hay menciumi leher itu dengan lembut, lalu ke atas, ke bawah dagu dan ke bawah daun teiinga.

Kui Hong mendesah tanpa membuka mata, bahkan ketika mulut Hay Hay bergerak lembut ke atas pipinya dan sampai ke ujung mulutnya, ia menengok, menyambut dan dua mulut itu saling bertemu dalam sebuah ciuman yang mesra. Rintihan halus terdengar dari leher Kui Hong, dan ketika Hay Hay merasa betapa mulut yang panas dan basah itu menyambutnya seperti bunga merekah, dia terkejut dan melepaskan ciuman dan rangkulannya.

Napasnya terengah-engah, berpacu dengan napas Kui Hong yang juga memburu. Ketika Hay Hay melepaskan dekapannya, Kui Hong seperti baru sadar dan keduanya seperti tersentak kaget, lalu saling menjauhi, Kui Hong terbelalak, mukanya sebentar pucat sebentar merah, sedangkan Hay Hay merasa menyesal bukan main bahwa dia tadi telah lupa diri.

"Setan kau! Iblis kau! Berani menggodaku!" bentak Hay Hay sambil memukul tanah tiga kali.

"Hay Hay… apa… mengapa….”

Kui Hong berkata gagap karena hatinya masih terguncang hebat oleh peristiwa tadi, sejak munculnya setan-setan itu sampai pengalaman yang amat mengguncang hatinya, ketika kemesraan menenggelamkannya, pengalaman yang selama hidupnya baru sekali ini pernah dirasakannya dan yang membuatnya bingung.

Hay Hay cepat menghadapi gadis itu.
"Ah, Kui Hong, kau maafkanlah aku, kau ampunkanlah aku…. aku... aku telah tergoda setan! Benar-benar setan dan iblis sendiri yang telah menggodaku tadi, menggoda kita sehingga kita... kita lupa diri….”

Kui Hong memandang dengan muka merah karena malu dan canggung, dengan sinar mata bingung tidak mengerti.

"Akan tetapi... apa salahnya... kalau kita... kita saling mencinta... apa salahnya…?”

Hay Hay merasa terharu dan juga terkejut. Terharu karena gadis ini sungguh polos dan jujur, masih bersih dan suci dan dia yang telah menodai kebersihan batin gadis itu! Dan dia terkejut mendengar ucapan Kui Hong yang jelas menyatakan gadis itu mencintanya! Pernyataan bahwa mereka saling mencinta itu saja sudah cukup jelas membuktikan bahwa gadis itu cinta padanya dan mengira bahwa diapun cinta pada Kui Hong!

Akan tetapi, dia tidak boleh berbohong, tidak boleh menipu gadis yang hebat seperti Kui Hong ini. Memang, alangkah mudahnya untuk menyatakan cinta kepada seorang gadis sehebat Kui Hong, akan tetapi pernyataan itu hanya merupakan suatu kebohongan belaka. Di lubuk hatinya, dia tidak merasakan adanya cinta seperti yang dimaksudkan Kui Hong, cinta yang akan mendorong pria dan wanita untuk menjadi suami isteri dan hidup bersama untuk selamanya.

Tidak, dia tidak menghendaki itu, dia tidak ingin menjadi suami Kui Hong atau suami wanita manapun juga. Dia suka kepada Kui Hong, kagum dan mungkin mencintanya, akan tetapi bukan cinta untuk kemudian diikat menjadi suami! Bukan pula cinta nafsu karena bagaimanapun juga, biarpun dia kagum bukan main akan kecantikan gadis ini, dia masih dapat mengatasi kekuasaan nafsu berahinya.

Tanpa berani memandang kepada Kui Hong, Hay Hay yang masih duduk di atas rumput itu menggeleng kepala dan menarik napas panjang.

"Tidak, Kui Hong, aku menyesal sekali... akan tetapi aku... terus terang saja, aku tidak mencintamu seperti yang kau maksudkan. Aku kagum padamu, aku suka padamu, bahkan aku cinta padamu, akan tetapi bukan cinta untuk kelak menjadi jodohmu, Kui Hong! Aku tidak ingin mencinta seperti itu, tidak ingin menjadi suami wanita manapun, aku… aku…”

Kui Hong sudah meloncat berdiri. Mukanya pucat sekali, matanya terbelalak dan kini beberapa butir air mata mengalir keluar membasahi pipinya.

“Kau…! Kau tidak cinta padaku akan tetapi tadi engkau berani menciumku! Aku cinta, padamu dan engkau hanya mempermainkan aku…! Ahh... hu-hu-huhhh... aku benci padamu! Aku benci padamu…”

Kui Hong menyambar buntalan pakaiannya dan meloncat jauh dari tempat itu, membawa pergi isak tangisnya.

"Kui Hong…."

Hay Hay memanggil sambil berdiri, akan tetapi gadis itu tidak nampak lagi, hanya terdengar isaknya lapat-lapat dari jauh dan Hay Hay tidak mengejarnya. Dia menjatuhkan diri ke atas rumput, lalu menjambak-jambak rambutnya sendiri.

"Kau goblok! Kau tolol, membiarkan setan menggodamu!"

Dia memaki-maki diri sendiri, maklum bahwa dia telah menyinggung perasaan hati Kui Hong, bahkan telah menghancurkan cintanya, dan menumbuhkan kebencian dalam hati gadis yang dikaguminya itu. Akhirnya dia tidak peduli lagi dan tak lama kemudian, Hay Hay sudah tidur pulas di tempat itu, tanpa api unggun, di bawah sinar bulan dan di dalam hawa yang semakin dingin.

Jauh dari situ, Kui Hong menjatuhkan diri di bawah pohon dan iapun menangis sejadi-jadinya. Hatinya seperti ditusuk-tusuk rasanya, dan kesedihan menyelimuti seluruh dirinya. Ingin ia membunuh Hay Hay, akan tetapi dua hal tidak memungkinkan hal itu terjadi.

Pertama, ia kalah jauh dan tidak akan mungkin dapat menangkan pertandingan melawan pemuda lihai itu. Ke dua, ia tidak akan tega membunuhnya, karena selain ia telah berhutang budi dan nyawa, juga ia sadar betul bahwa telah jatuh cinta kepada Hay Hay. Ia mencinta pemuda itu sepenuh hatinya. Semua gerak-gerik pemuda itu menyenangkan hatinya dan mendatangkan perasaan kagum. Betapa pemuda itu dapat menundukkan musuh-musuh yang lihai, bahkan setan yang mengganggu malam itu, secara jantan dan hebat. Betapa ia akan berbahagia berada di samping pemuda itu selama hidupnya.

Akan tetapi, kenyataan pahit yang tak dapat ditolak lagi, pemuda itu dengan mulutnya sendiri menyatakan bahwa dia tidak cinta padanya! Padahal, kalau ia membayangkan apa yang baru saja terjadi, betapa mesranya pemuda itu membelainya dan menciumnya, ia hampir tidak mau percaya bahwa Hay Hay tidak cinta padanya. Akan tetapi kenyataannya, dengan mulutnya sendiri pemuda itu mengatakan bahwa dia tidak cinta padanya atau wanita lain. Cintanya bukan untuk berjodoh!

Kui Hong menangis dan ingin ia mengamuk, bukan kepada Hay Hay, akan tetapi kepada siapa saja. Kalau saja pada saat itu ada musuh di depannya, tak peduli manusia atau setan, akan diamuknya. Biar setan-setan itu muncul kembali, ia tidak akan merasa takut sekarang. Akan diamuknya sampai membunuh mereka semua atau ia dibunuh mereka! Lebih baik lagi karena ia tidak akan menderita sakit hati seperti sekarang ini.

Akhirnya, Kui Hong juga dapat tidur di bawah pohon itu, tidak peduli akan keselamatan dirinya lagi. Akan tetapi, seperti juga Hay Hay, tidurnya gelisah, kadang-kadang tersenyum penuh kebahagiaan kalau ia bermimpi tentang kemesraannya bersama Hay Hay, lalu terganti isak tangis.

Pada keesokan harinya, ketika kicau .burung dan kokok ayam hutan membangunkannya, Kui Hong segera meninggalkan tempat itu. Ia hendak pergi ke Pegunungan Yunan, bukan untuk membantu Hay Hay yang hendak menyelidiki kesana, melainkan untuk mencari Ciang Ki Liong, murid murtad dari Pulau Teratai Merah itu. Dan inilah satu-satunya tujuan hidupnya saat ini. Menyeret Ciang Ki Liong, hidup atau mati, kembali ke Pulau Teratai Merah agar menerima hukuman dari kakek dan neneknya!

**** 178 ****
Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar