*

*

Ads

Sabtu, 02 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 192

Gadis ini sudah bangkit berdiri dan matanya memandang marah. Ia tentu saja tahu bahwa Hay Hay bukan Ang-hong-cu, melainkan putera kandung dari penjahat pemetik bunga yang tersohor itu.

Hay Hay terkejut, cepat membalikkan tubuhnya menghadapi Pek Eng, mengerahkan kekuatan sihirnya.

"Eng-moi, jangan mencampuri dan duduklah saja, biar kuhadapi sendiri tuduhan ini!"

Kekuatan sihir itu menguasai Pek Eng yang tiba-tiba duduk kembali dengan muka agak berubah pucat. Ki Liong dan Lam-hai Giam-lo tidak merasa heran dengan seruan Pek Eng tadi. Bukankah Pek Eng sudah mengenal Hay Hay dan tentu gadis itu membela karena mungkin gadis itu tidak tahu bahwa pemuda kenalannya itu adalah Ang-hong-cu. Akan tetapi Ki Liong juga meragukan kebenaran tuduhan itu.

"Han Lojln, Saudara Tang Hay terlalu muda untuk menjadi Ang-hong-cu, harap jangan bicarakan urusan itu. Hadapi saja dia dengan ilmu silatmu untuk membuktikan kepada Bengcu bahwa engkau cukup berharga untuk menjadi rekan kami." kata Ki Liong dengan suara lantang.

Han Lojin tersenyum lebar.
"Baiklah, orang muda she Tang. Engkaulah yang mulai menyerang karena engkau adalah pengujiku, bukah? Heh-heh-heh!"

Kini berkuranglah rasa suka di dalam hati Hay Hay terhadap orang itu. Bagaimanapun juga, orang ini di depan orang banyak telah menuduhnya sebagai Ang-hong-cu dan ini berbahaya sekali karena memang dia putera jai-hwa-cat itu.

Bagaimanapun juga, kenyataan ini menghancurkan hatinya dan dia tidak mau kenyataan yang pahit itu diketahui orang lain. Pek Eng mengetahuinya, akan tetapi dia berhasil membungkam mulut gadis itu dengan kekuatan sihimya. Dan Han Lojin nampaknya demikian memandang rendah kepadanya. Hemm, dia akan tunjukkan kepada orang tua ini bahwa dia tidak boleh dibuat sembarangan!

"Baik, aku akan menyerang. Sambutlah!" bentak Hay Hay dan diapun sudah menerjang dengan memainkan Ilmu Silat Ciu-sian Cap-pek-ciang (Delapan Belas Jurus Dewa Arak).

Dengan menggunakan jurus Dewa Pemabok Menepuk Lalat, tangannya menyambar ke arah pundak lawan, kelihatannya perlahan saja namun di dalam tamparan itu terkandung tenaga dahsyat.

“Heh!"

Han Lojin agaknya kaget juga ketika merasakan sambaran angin pukulan yang amat kuat. Dia maklum bahwa pemuda ini lihai, hal itu dapat dilihatnya ketika pemuda itu menghadapi tosu Bu-tong-pai yang lihai.

Akan tetapi tak disangkanya bahwa pemuda itu menggunakan tamparan yang demikian dahsyatnya. Dia pun cepat mengelak, akan tetapi tangan pemuda itu seperti meluncur terus, tamparan ke arah pundak itu kini bahkan meluncur ke arah lehernya, lebih berbahaya daripada sebelum dielakkannya tadi.

Tiba-tiba kaki Han Lojin mencuat dan mengirim tendangan ke arah pusar Hay Hay. Serangan balasan ini merupakan juga pembelaan diri karena kakinya lebih panjang daripada lengan Hay Hay. Terpaksa pemuda ini menarik kembali tamparannya karena kaki lawan sudah menyambar cepat. Diapun mengerahkan tenaga pada tangan kirinya dan membacokkan tangan kiri itu seperti sebatang golok ke arah kaki yang menendangnya! Kembali Han Lojin dapat menyelamatkan kakinya dengan memutar kaki itu sehingga tubuhnya ikut terputar dan luput dari "bacokan" tangan Hay Hay.

Han Lojin mengerluarkan seruan nyaring dan tiba-tiba saja tubuhnya berkelebatan dengan amat cepatnya sehingga sukar dlikuti oleh pandang mata biasa. Dan dengan gerakan secepat itu, dia menghujankan serangan berupa totokan bertubi-tubi ke arah tubuh Hay Hay!

Pemuda ini kembali terkejut dan dia pun cepat menggunakan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) Yan-cu Coan-in (Walet Menembus Awan) yang membuat tubuhnya juga dapat berkelebatan seperti seekor burung walet terbang saja. Kini giliran Han Lojin yang mengeluarkan seruan kagum.

Para penonton juga memandang kagum dan beberapa kali mereka mengeluarkan seruan kagum karena pertandingan itu memang menarik sekali. Dari gerakan-gerakan Han Lojin, mereka yang berilmu tinggi dan hadir disitu seperti Lam-hai Giam-lo, Ki Liong dan para tokoh lain, dapat mengenal bahwa orang ini menguasai banyak macam ilmu silat. Ada gaya silat Siauw-lim-pai di dalam gerakannya, ada pula gaya silat Kun-lun-pai dan partai persilatan lain. Pendeknya, gerakan Han Lojin penuh dengan gaya berbagai aliran dari utara sampai selatan. Hal ini menunjukkan bahwa dia telah memiliki pengalaman yang luas sekali, mempelajari banyak macam ilmu silat yang membuatnya amat lihai.

Melihat kelihaian Han Lojin, diam-diam semua orang kagum dan Lam-hai Giam-lo merasa girang sekali karena dia membayangkan memperoleh seorang pembantu yang hebat di samping Ki Liong, yaitu Hay Hay dan Han Lojin. Dengan adanya tiga orang pembantu yang tingkat kepandaiannya sudah hampir menyamainya itu, maka dia merasa kuat, apalagi masih ada Kulana disana.

Apalagi mereka yang nonton, bahkan mereka yang sedang bertanding itupun merasa terkejut dan kagum. Han Lojin berkali-kali mengeluarkan seruan kagum dan memuji karena serangan apapun yang dia keluarkan, dari pilihan jurus-jurus paling ampuh, semua dapat dihindarkan oleh pemuda itu, baik melalui tangkisan maupun elakan. Dan dalam adu tenaga, harus diakui bahwa tenaga sin-kang pemuda itu kuat bukan main mungkin lebih kuat daripada tenaganya sendiri!






Dilain pihak Hay Hay juga tertegun ketika melihat kelihaian lawan. Ilmu-ilmu silatnya yang paling hebat telah dikeluarkan, namun sukar baginya untuk merobohkan atau mengalahkan lawan. Apalagi mengalahkan tanpa merobohkan! Lawannya ini sungguh hebat dan seimbang dengan tingkatnya. Dalam hal tenaga sin-kang mungkin dia menang sedikit, akan tetapi dia tidak tega untuk mengerahkan seluruh tenaganya, khawatir kalau sampai melukai atau membunuh orang itu.

Setelah melihat kelihaian ilmunya, timbul pula rasa sayang dalam hati Hay Hay. Orang ini belum dikenalnya bagaimana keadaannya, entah dari golongan sesat maupun seorang pendekar aneh. Memang banyak terdapat pendekar-pendekar atau orang-orang sakti yang aheh di dunia ini. Di antaranya guru-gurunya, seperti Pek Mau Sanjin dan Song Lojin, juga termasuk orang-orang aneh. Bahkan dua orang gurunya terdaulu, See-thian Lama dan Ciu-sian Sin-kai, juga merupakan orang-orang aneh sehingga kalau dibuat perbandingan, lawannya yang mengaku bernama Han Lojin ini belum berapa hebat keanehannya. Dia tidak berniat untuk mencelakakan lawan ini.

Di dalam hati kedua orang ini timbul suatu pertanyaan. Dalam uji ilmu silat mereka sudah merasa sukar untuk mendapatkan kemenangan dan pertarungan berjalan seimbang dan seru sekali. Lalu andaikata mereka itu benar-benar berkelahi, alangkah akan seru dan mati-matian!

"Heiiiittt….!!"

Tiba-tiba Hay Hay sudah menerjang lagi, sekali ini dengan cengkeraman tangan ke arah ubun-ubun kepala lawan dan tonjokan susulan dengan tangan kiri ke arah dada!

"Ihhhh….!"

Han Lojin mengeluarkan seruan keras, menarik tubuh atas ke belakang sambil miringkan tubuh sehingga cengkeraman ke arah ubun-ubunnya itu luput, sedangkan tangan kanannya diputar dari samping untuk menangkis tonjokan ke arah dadanya, disusul tangan kirinya membalas dengan menggunakan telunjuk dan jari tengah untuk menusuk ke arah mata lawan! Hay Hay kagum bukan main. Indah dan berbahaya gerakan lawan yang membalas dengan kontan serangannya, maka diapun menangkis dengan putaran lengannya.

"Dukk! Desss!" Dua kali sepasasang tangan itu bertemu dan keduanya terdorong ke belakang.

"Hyaaaattt…..!”

Tubuh Han Lojin sudah melayang ke atas dengan tendangan kaki terbang! Hay Hay juga menyambut dengan gerakan yang sama, yaitu meloncat ke atas menyambut serangan lawan dengan kedua kakinya pula.

“Desss….!"

Bentrok hebat tak dapat dicegah lagi terjadi di udara dan keduanya terpelanting dan cepat Hay Hay berjungkir balik mematahkan luncuran badan terbanting sehingga keduanya kini sudah saling pandang lagi, berhadapan dalam jarak empat meter. Keduanya sudah mengeluarkan keringat dan nampak betapa kalau Hay Hay masih segar, lawannya sudah mulai terengah-engah!

"Hebat… engkau hebat, pantas menjadi Ang-hong-cu…." kata Han Lojin sambil memandang dengan mulut menyeringai.

"Aku bukan Ang-hong-cu, setan!" Hay Hay berseru marah dan dia sudah siap menyerang lagi.

Saat itu dipergunakan oleh Ki Liong untuk melompat ke depan, diantara mereka dan melerai.

"Sudahlah, Saudara Tang Hay! Han Lojin! Ji-wi (Kalian Berdua) sudah memperlihatkan kepandaian dan kiranya sudah cukup, bukankah begitu, Bengcu?"

Lam-hai Giam-lo mengangguk-angguk. Saking tertariknya, dia tadi sampai lupa. Kalau tidak Ki Liong yang cepat maju melerai dan pertandingan itu dilanjutkan sampai seorang diantara kedua jagoan itu terluka atau tewas, sungguh amat sayang sekali dan berarti suatu kerugian besar baginya. Maka diapun bangkit dan mengangkat kedua tangannya.

"Sudah cukup, sudah lebih dari cukup. Ji-wi telah memperlihatkan kepandaian dan kami kagum sekali. Mulai saat ini, Ji-wi menjadi pembantu-pembantuku yang dapat kami andalkan. Nah, marilah duduk, akan kami perkenalkan kepada rekan-rekan lain."

Dengan gembira Lam-hai Giam-lo lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mempersiapkan hidangan besar dengan cepat untuk menghormati kedua orang pembantu baru itu.

Terjadi keanehan dalam perkenalan itu. Kalau Han Lojin benar-benar merupakan wajah baru, dan hanya Ki Liong seorang yang pernah bertemu dengannya ketika dia menyamar sebagai seorang suku Hui menggembala kambing, sebaliknya ketika Hay Hay diperkenalkan, banyak wajah yang sudah dikenalnya berada disitu.

Tentu saja dia sudah mengenal Ji Sun Bi, wanita pertama yang menanamkan gairah berahi dalam dirinya, juga Min-san Mo-ko bukan orang asing baginya karena sudah beberapa kali dia bertanding dengan Min-san Mo-ko dan Ji Sun Bi.

Selagi mereka semua berpesta, muncullah dua pasang suami isteri, yaitu Lam-hai Siang-mo dan suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan. Mereka masuk ke dalam ruangan makan, disambut gembira oleh Lam-hai Giam-lo.

"Aih, kebetulan kalian berempat datang. Mari, mari sekalian berpesta dengan kami, menyambut pembantu-pembantu baru yang luar biasa ini!"

Dia menunjuk kepada Hay Hay dan Han Lojin yang duduk di kanan kirinya. Melihat Hay Hay, dua pasang suami isteri itu memandang dengan sepasang mata bersinar-sinar, penuh kemarahan dan juga kegentaran.

"Wah, agaknya kalian berempat sudah mengenal pula pemuda ini? Saudara muda Tang, ternyata disini sudah banyak orang yang mengenalmu dengan baik, ha-ha-ha!" Demikian Han. Lojin berseru sambil tertawa.

Lam-hai Giam-lo memandang kepada pemuda, itu.
"Saudara Tang, benarkah engkau sudah mengenal kepada mereka berempat?" tanyanya heran.

Hay Hay mengangguk dan tersenyum.
"Tentu saja, bahkan Lam-hai Siang-mo pernah menjadi Ayah dan ibuku, maksudku, mereka telah mengambilku sebagai anak pungut sejak aku masih bayi sampai berusia tujuh tahun. Dan mereka ini suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan, juga sudah kukenal baik sekali karena mereka ini mencoba untuk merampasku dari tangan Lam-hai Siang-mo. Aku diperebutkan oleh kedua suami isteri ini karena aku dianggap Sin-tong!" Hay Hay tertawa.

"Sin-tong….? Bukankah Sin-tong itu kakak kandungmu, Eng Eng?" tanya Lam-hai Giam-lo kepada Eng Eng.

Eng Eng tersenyum pula. Tidak perlu dirahasiakan tentang itu karena memang ia pernah bercerita kepada bengcu itu tentang kakak kandungnya.

"Benar, Bengcu. Sejak kecil kakak kandungku, Pek Han Siong, dianggap Sin-tong dan dijadikan perebutan, lalu oleh keluarga kami, Kakakku itu disembunyikan, diganti dengan seorang bayi lain, yaitu Hay-ko ini. Kemudian Hay-ko ini lenyap dicuri orang, ditukar dengan bayi mati, kiranya yang menukar itu adalah Lam-hai Siang-mo."

Lam-hai Giam-lo juga tertawa, lalu memberi isarat dengan tangannya kepada dua pasang suami isteri itu.

"Eh, kenapa kalian berempat menjadi bengong setelah melihat Saudara Tang Hay? Duduklah, dan jangan khawatir, dia ini sekarang adalah rekan kita sendiri. Lupakanlah hal-hal yang terjadi di masa lalu, karena mulai sekarang kita harus mencurahkan perhatian untuk perjuangan kita. Berita apa yang kalian bawa dari Saudara Kulana?"

"Kami sudah menghadap Saudara Kulana dan telah menjelaskan bahwa kini kita telah siap dan telah mengumpulkan banyak tenaga yang jumlahnya tidak kurang dari seribu orang. Dia menyatakan kegirangan hatinya dan dia mengirimkan bantuan emas kepada Bengcu disertai suratnya."

Siangkoan Leng yang menjadi juru bicara mereka berempat menyerahkan sebuah bungkusan yang kelihatan berat berikut segulung surat kepada Lam-hai Giam-lo.

Bengcu ini menerima buntalan itu dan meletakkan di atas meja. Meja berderak menahan berat buntalan itu. Buntalan dibuka dan semua orang terbelalak melihat bongkahan-bongkahan emas murni yang berkilauan. Mereka menaksir bahwa emas murni itu beratnya tentu tidak kurang dari lima ratus tai!.

Lam-hai Giam-lo membuka surat itu dan membaca. Wajahnya berubah girang dan setelah menyimpan surat itu ke dalam saku bajunya, diapun memandang semua pembantunya yang kini lengkap hadir disitu.

"Cu-wi (Saudara sekalian), ada kabar baik. Selain Kulana telah mengirimkan bukti bantuannya berupa emas murni untuk membiayai pasukan yang kita himpun, juga menurut siasat yang telah diaturnya, gerakan dapat dilakukan pada akhir bulan ini, kurang lebih dua minggu lagi. Dia sudah menentukan arah mana pasukan bergerak, dibagi menjadi beberapa kelompok dan kota mana yang akan diduduki sebagai landasan pertama dan benteng gerakan selanjutnyaa. Nah, mulai sekarang, kita harus mempersiapkan pasukan kita dan menarik mereka itu semua kesini, melatih mereka sambil menanti siasat yang akan disampaikan sendiri oleh Saudara Kulana pada malam bulan purnama dua minggu lagi."

Semua orang menyambut dengan gembira dan diam-diam Hay Hay mencatat semua yang didengarnya dan dilihatnya. Mereka melanjutkan pesta malam itu dan kemudian terjadi kesibukan. Tentu saja yang bertugas mengumpulkan pasukan para pemberontak itu adalah para pembantu yang telah memperoleh kepercayaan dari Lam-hai Giam-lo.

Hay Hay dan Han Lojin yang merupakan orang baru, belum menerima tugas melainkan disuruh memperkuat penjagaan di sarang mereka. Juga Ki Liong tidak bertugas keluar. Pemuda ini merupakan orang kepercayaan dan juga tangan kanan Lam-hai Giam-lo yang diam-diam menyuruh Ki Liong untuk memasang mata mengamati kedua orang pembantu baru itu.

**** 192 ****
Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar