*

*

Ads

Sabtu, 02 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 195

Ketika mendengar tuduhan para tokoh Bu-tong-pai bahwa Hay Hay, susioknya yang amat dikaguminya itu, adalah Ang-hong-cu, seorang penjahat pemerkosa wanita yang tersohor, tanpa Hay Hay dapat membuktikan bahwa dia bukan Ang-hong-cu timbul perasaan kaget, penasaran dan kemarahan dalam hari Cia Ling atau Ling Ling.

Ling Ling adalah seorang gadis yang berhati lembut, berwatak jujur, terbuka dan peka sekali. Begitu bertemu dengan Hay Hay hatinya sudah tertarik sekali karena selama hidupnya, ia merasa belum pernah ia jumpa dengan seorang pria yang demikian menarik hatinya dan amat dikaguminya. Oleh karena itu, tuduhan bahwa Hay Hay seorang jai-hwa-cat yang tersohor, membuat hatinya bimbang dan berduka. Apalagi ketika ia teringat betapa Hay Hay memang memiliki sikap yang perayu dan seperti pemuda mata keranjang, begitu bertemu dengannya langsung saja memuji-muji kecantikannya.

Benarkah Hay Hay seorang penjahat pemetik bunga, atau penjahat yang suka memperkosa dan mempermainkan wanita? Tidak sukar bagi Hay Hay untuk melakukan kejahatan seperti itu pikirnya. Hay Hay cukup tampan dan ganteng untuk menggetarkan hati wanita, cukup gagah dan lihai sekali untuk menarik hati wanita, dan pandai merayu pula dengan kata-kata manis dan indah. Kalau rayuannya tidak mempan, tentu saja dia dapat mempergunakan kepandaiannya untuk menundukkan wanita dan memperkosanya. Ling Ling bergidik, merasa ngeri. Benarkah pemuda yang gagah itu, yang masih terhitung paman gurunya sendiri, adalah seorang penjahat keji?

Tadinya ia sudah tidak ingin mempedulikan lagi, ingin meninggalkan Hay Hay dan menyelidiki sendiri persekutuan pemberontak itu. Akan tetapi, bagaimanapun juga, hatinya merasa tidak tega kepada Hay Hay. Pemuda itu telah berjanji bahwa tiga hari kemudian akan menjumpainya di tepi telaga, di bagian yang sunyi dimana untuk pertama kali ia bertemu dengan susioknya itu, ketika Hay Hay sedang memancing ikan kemudian terganggu oleh luncuran perahunya.

Maka, pada hari ketiga, Ling Ling membawa perbekalan makanan dan pergilah ia ketempat itu. Ia menanti dengan sabar, bahkan sampai menjelang malam, ketika hari telah menjadi gelap, ia masih duduk di tepi telaga, menanti munculnya Hay Hay disitu.

Gadis ini merasa yakin bahwa susioknya pasti akan datang, entah malam ini atau paling lambat besok pagi-pagi. Ia akan menanti dan akan bicara dari hati ke hati, bukan hanya untuk mendengar akan hasil penyelidikan susioknya, akan tetapi juga tentang tuduhan orang-orang Bu-tong-pai itu. Ia harus dapat yakin akan hal itu!

Ketika malam tiba dan hawa mulai dingin, dengan bulan yang masih muda muncul mendatangkan cuaca yang muram, Ling Ling membuat api unggun untuk mengusir nyamuk dan dingin, juga untuk memberi sedikit cahaya penerangan sebelum ia tidur.

Ia tetap menanti, akan tetapi sampai jauh malam, setelah semua kayu untuk dibakar telah habis, Hay Hay belum juga datang. Ling Ling membiarkan api unggun padam, lalu merebahkan diri di atas tanah di tepi telaga, berselimut kain yang dibawanya. Ia tidak mempunyai nafsu untuk makan malam dan membiarkan saja bekal makanan tanpa disentuh. Bagaimanapun juga, ia merasa agak kecewa karena malam itu agaknya Hay Hay tidak datang.

Gadis itu mulai hanyut dalam kantuk dan hampir pulas sehingga ia tidak melihat berkelebatnya bayangan orang menghampirinya. Ia baru terkejut ketika ada tangan menotoknya. Ia tidak keburu mengelak atau bergerak, dan ketika ia sadar hendak meloncat, ternyata tubuhnya sudah lemas tak berdaya. Ia tidak mampu menggerakkan kaki tangannya yang menjadi seperti lumpuh!

Ada sosok tubuh orang berdiri di dekatnya, dan biarpun cuaca remang-remang tidak memungkinkan ia mengenal wajah orang itu, namun dari bentuk tubuhnya, ia merasa yakin bahwa orang itu adalah Hay Hay! Ingin ia memanggil susioknya, namun mulutnya juga tidak mampu bersuara. Totokan itu lihai bukan main, membuat ia tidak mampu menggerakkan kaki tangan maupun mulutnya, namun tetap membuat ia sadar. Kenapa susioknya melakukan hal ini? Menotoknya? Apakah hendak main-main atau ada alasan lain yang memaksanya?

Alangkah kagetnya ketika ia melihat apa yang dilakukan susioknya terhadap dirinya! Ia terbelalak, tak dapat meronta dan hampir pingsan! Susioknya telah melucuti pakaiannya dan memperkosanya! Hatinya memberontak! Bukan karena hubungan itu sendiri, melainkan karena perkosaan itu! Tak tahukah susioknya itu bahwa sejak pertama kali bertemu, ia telah jatuh hati? Dan ia akan merasa berbahagia sekali menjadi isteri susioknya itu, dengan rela dan suka hati ia akan menyerahkan dirinya, dengan pasrah dan penuh kasih sayang!

Akan tetapi mengapa susioknya itu memperkosanya? Betapa kejamnya, betapa kejinya! Benar-benar dia seorang jai-hwa-cat! Dan Ling Ling jatuh pingsan, tidak merasakan lagi apa yang telah terjadi pada dirinya. Hatinya menjerit-jerit, langit bagaikan runtuh bagi gadis yang baru berusia tujuh belas tahun lebih ini.

Ketika akhirnya Ling Ling siuman dan membuka matanya, ia mengeluh tanpa dapat mengeluarkan suara rintihan panjang keluar dari dalam dadanya dan ia menggigil. Dingin sekali rasanya. Ketika ia membuka mata, ternyata malam telah lewat dan biarpun matahari belum muncul, namun sinarnya telah mendahuluinya mengusir sisa-sisa malam pekat dan dingin.

Ling Ling mendapatkan dirinya masih rebah terlentang dengan telanjang bulat, diatas pakaiannya sendiri! Ia masih belum mampu bergerak! Dan Hay Hay telah tidak ada, tak nampak bayangannya. Keparat! Betapa kejinya! Meninggalkannya dalam keadaan seperti itu.Telanjang bulat dan dalam keadaan masih tertotok. Atau ditotok lagi, pikir Ling Ling penuh kebencian dan kedukaan. Totokan pertama itu telah habis daya gunanya dan agaknya sebelum meninggalkannya, jai-hwa-cat itu telah menotoknya lagi!






"Ling Ling...!!"

Tiba-tiba terdengar suara Hay Hay dan muncullah pemuda ini. Matanya terbelalak melihat gadis yang terlentang telanjang bulat dan tidak mampu bergerak itu. Cepat Hay Hay menanggalkan baju luarnya dan menutupi tubuh Ling Ling.

"Ling Ling, kau kenapakah?" teriaknya dan melihat betapa gadis itu hanya memandangnya dengan mata mengalirkan air rnata, tanpa suara dan kaki tangannya lemas, Hay Hay lalu cepat memulihkan totokan itu.

Ling Ling mampu bergerak dan pertama kali yang dilakukannya adalah membalikkan tubuhnya, membelakangi Hay Hay dan mengenakan kembali pakaiannya satu demi satu dengan cepat, dengan kedua tangan gemetar dan kedua kaki menggigil, air matanya bercucuran. Hay Hay memandang saja, membiarkan sampai Ling Ling selesai berpakaian, barulah dia bertanya lagi.

"Ling Ling, apa yang telah terjadi? Apa... siapa….." dia tidak mampu melanjutkan kata-katanya karena gadis itu sudah membalik dan memandang kepadanya dengan sinar mata berapi akan tetapi juga mencucurkan air mata yang menuruni sepanjang kedua pipinya yang pucat.

"Manusia keji! Engkau masih berpura-pura dan bertanya apa yang telah terjadi? Aih, Susiok, kenapa hati manusia dapat sekejam hatimu?"

Gadis itu tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena ia sudah menangis tersedu-sedu sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan.

Hay Hay terbelalak dan mengerutkan alisnya, memandang penuh selidik dan juga penuh kekhawatiran.

"Ling Ling, apa…. apa maksudmu…. ?”

Ling Ling menahan tangisnya, menurunkan kedua tangan dan dengan mata membendul merah karena terlalu banyak menangis ia menatap wajah pemuda itu dan berkata, suaranya penuh nada penyesalan.

"Engkau... jai-hwa-cat terkutuk berjiwa pengecut! Semalam... engkau datang ketika aku tidur, dan engkau menotokku kemudian kau... kau... memperkosa aku! Dan sekarang engkau pura-pura bertanya dan bersikap tidak berdosa?"

Kalau saat itu ada kilat menggelegar dan menyambar kepalanya, belum tentu Hay Hay akan sekaget ketika mendengar tuduhan yang dilontarkan oleh gadis itu. Dia meloncat dengan muka pucat, kemudian mukanya berubah merah sekali.

"Ling Ling...! Benarkah engkau melihat bahwa orang itu adalah aku? Dapatkah engkau melihat dan mengenalku?"

Dengan mata mencorong karena marah melihat pemuda itu tetap hendak berpura-pura, Ling Ling berkata,

"Biarpun keadaan gelap dan tidak dapat melihat mukamu, akan tetapi aku mengenalmu. Bayangan tubuhmu, juga mukamu halus, dan siapa lagi yang tahu akan tempat ini selain kita berdua? Bukankah engkau sudah berjanji padaku akan datang setelah tiga hari, jadi tepat malam tadi? Susiok, engkau mempergunakan kesempatan dan kepandaianmu untuk melakukan kekejian dan engkau menghancurkan hatiku, menodai kehormatanku….."

Gadis itu menangis lagi.
"Akan tetapi... semua itu telah terlanjur..., mungkin engkau dikuasai nafsu... dan aku mau memaafkan semua itu asal engkau menyatakan penyesalanmu dan bertobat, tidak menjadi Ang-hong-cu lagi, dan engkau memperisteri aku dengan sah…."

"Tidak...! Tidak, bukan aku, Ling Ling! Sungguh mati, bukan aku yang melakukan kekejian itu terhadap dirimu!"

Ling Ling meloncat dengan marah dan berdiri tegak, tangisnya terhenti dan wajahnya membayangkan kemarahan.

"Tang Hay! Begini sajakah keadaan batinmu? Engkau melakukan kekejian, memperkosa aku, dan kini masih sampai hati untuk berpura-pura tidak tahu dan menyangkal? Kalau begitu engkau bukan manusia, engkau kejam melebihi binatang, engkau iblis dan engkau atau aku akan mati disini!"

Gadis yang biasanya berwatak lembut itu kini berubah beringas seperti seekor harimau marah dan ia sudah menyerang Hay Hay dengan dahsyat sekali karena ia mengerahkan seluruh tenaganya dalam serangan itu.

Hay Hay yang masih terguncang batinnya karena tuduhan tadi, seperti orang bingung dan menghadapi serangan ini, dia hanya menolaknya untuk melindungi dirinya, atau sebagai gerakan pertahanan otomatis. Akan tetapi dia tidak mengerahkan tenaga terlalu besar, karena di samping kebingungan dan kekagetannya, juga dia merasa iba sekali kepada gadis yang baru saja ditimpa malapetaka yang bagi seorang gadis lebih hebat daripada maut itu.

"Dukkk...!"

Tubuh Hay Hay terlempar dan terbanting jatuh bergulingan, dan dengan gerakan yang cepat bukan main Ling Ling sudah meloncat, mengejar dan mengirim tendangan kearah kepala Hay Hay. Serangan maut yang dimaksudkan untuk membunuh, karena dalam tendangan itu terkandung pula tenaga yang amat besar. Hay Hay belum sempat bangun dan melihat tendangan menyambar ke arah kepalanya, kembali gerakan otomatis membuat dia menggerakkan tangan melindungi kepala.

"Desss...!"

Tendangan yang diterima oleh tangan Hay Hay itu kuat sekali, dan untuk kedua kalinya tubuh Hay Hay terlempar dan bergulingan seperti sebutir bola ditendang. Bagaikan seekor harimau mencium darah, Ling Ling bertambah beringas dan iapun sudah mengejar lagi.

Akan tetapi Hay Hay sudah meloncat bangun.
"Ling Ling, tahan dulu! Sungguh mati, aku tidak melakukan perbuatan itu!"

Hay Hay berseru sambil mengangkat tangan ke atas. Akan tetapi penyangkalan ini membuat hati Ling Ling menjadi semakin marah. Kemarahan yang timbul karena kekhawatiran hebat. Bagaimana kalau benar-benar bukan Hay Hay yang memperkosanya? Hal ini akan mendatangkan kehancuran hati lebih besar lagi.

Kalau Hay Hay yang melakukannya, bagaimanapun juga ia mencinta susioknya itu. Akan tetapi kalau orang lain? Akan lenyaplah harapannya untuk dapat memaksa Hay Hay mempertanggung jawabkan perbuatannya. Maka ia tidak sudi mendengarkan kemungkinan ini dan ia sudah menerjang lagi sambil berkata,

"Engkau mengakui perbuatanmu atau mengadu nyawa dengan aku!"

Dan ini memang sudah menjadi tekadnya. Kalau Hay Hay mengaku dan mau bertanggung jawab ia akan suka memaafkan dan menjadi isteri pemuda itu, sebaliknya kalau Hay Hay tetap menyangkal, pemuda itu harus mati atau ia sendiri yang akan mati dalam tangan pemuda itu. Ia menyerang lagi dengan loncatan tinggi dan ketika tubuhnya meluncur turun, kedua tangannya membentuk cakar dan mencengkeram ke arah ubun-ubun, kepala dan leher pemuda itu.

Serangan bukan main hebatnya karena Ling Ling sudah menggunakan satu jurus dari Ilmu Silat Hok-mo Cap-sha-ciang (Tiga Belas Jurus Penakluk Iblis)!

Serangan ini memang dahsyat sekali, akan tetapi dengan tingkat kepandaiannya yang lebih tinggi, kiranya tidak akan begitu sukar bagi Hay Hay untuk menyelamatkan diri, juga membalas.

Akan tetapi sekuku hitampun tiada niat di hatinya untuk membalas kepada gadis yang amat dikasihaninya itu. Dia mencoba untuk mengelak, akan tetapi kedua tangan gadis itu terus mengejar kepala dan lehernya. Terpaksa dia menangkis dengan lengannya, menyampok ke dalam.

"Dukkk!"

Kini tubuh Ling Ling terpelanting, akan tetapi sebelum tubuhnya terbanting ke atas tanah, Hay Hay sudah menangkap lengannya sehingga gadis itu tidak terbanting.

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar