*

*

Ads

Selasa, 05 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 196

Hay Hay masih memegang lengan Ling Ling dengan lembut, berdiri dekat dan membujuk.

"Dengarkanlah dulu, Ling Ling dan jangan terburu napsu. Sesungguhnyalah kalau kukatakan bahwa aku tidak….”

"Bukkk!!"

Kini hantaman Ling Ling tepat mengenai dada Hay Hay dan pemuda itu terpelanting. Pukulan dari jarak dekat itu cukup keras dan mengandung tenaga sin-kang yang kuat. Namun tidak melukai Hay Hay walaupun dalam dadanya terguncang dan ada sedikit darah nampak pada ujung bibirnya ketika dia meloncat bangun kembali. Pada saat itu, Ling Ling sudah menyerang lagi, dan Hay Hay hanya mengelak sambil mundur .

"Ling Ling, demi Tuhan... Ling Ling...”

Diantara serangan bertubi yang dielakkan atau ditangkisnya dengan lembut, Hay Hay masih mencoba untuk menyabarkan gadis itu.

"Pengecut keji!"

Ling Ling bahkan menjadi semakin marah dan menyerang lagi, kini menggunakan Ilmu Totokan It-sin-ci yang amat cepat dan berbahaya sekali.

Karena sama sekali tidak membalas, Hay Hay menjadi repot juga ketika dihujani serangan totokan ini. Percuma saja dia menghindarkan diri dengan Jiauw-pouw-poan-soan karena gadis itu sudah mengenal ilmu ini dan tentu akan melihat rahasia gerakan kakinya dan bahkan membahayakan dirinya. Maka, diapun mempergunakan kedua tangannya untuk selalu menangkis atau menyambut totokan sebuah jari itu dengan telapak tangannya yang diisi dengan sin-kang lunak. Dia mundur terus dan menjadi semakin bingung karena Ling Ling menyerang makin hebat.

“Tahan serangan Nona, kenapa Nona menyerang pendekar itu mati-matian?"

Hay Hay melirik dan mengenal pemuda perkasa Can Sun Hok yang pernah dibujuknya untuk menentang persekutuan pemberontak. Dia menjadi semakin bingung karena kalau pemuda ini menanyakan urusan, tidak mungkin dia dapat menceritakan tentang aib yang menimpa diri Ling Ling. Maka, menggunakan kesempatan selagi Ling Ling menoleh dan memandang kepada orang yang baru datang itu, Hay Hay melompat dan mempergunakan kepandaiannya menghilang diantara pohon-pohon dalam hutan di tepi telaga.

“Jahanam, jangan lari!" bentak Ling Ling, yang segera melakukan pengejaran.

Pemuda itu, Can Sun Hok, yang merasa heran sekali, juga ikut pula mengejar. Akan tetapi, bayangan Hay Hay telah menghilang dan Ling Ling kehilangan jejaknya. Ketika gadis ini berhenti di tengah hultan dengan bingung, Can Sun Hok muncul, dan bersikap hormat.

"Maaf, Nona. Bukan maksudku hendak mencampuri urusan Nona, akan tetapi aku sungguh merasa heran melihat betapa Nona mati-matian menyerang dia, seorang pendekar yang berilmu tinggi dan seorang utusan pemerintah untuk menumpas persekutuan pemberontak itu."

Tadinya Ling Ling hendak marah melihat ada orang mencampuri urusannya, akan tetapi melihat Sun Hok yang demikian sopan dan mendengar Sun Hok memuji-muji Hay Hay, kemarahannya berkurang. Iapun maklum bahwa ia sama sekali tidak mungkin dapat menceritakan peristiwa antara ia dan Hay Hay itu, yang merupakan rahasia pribadinya merupakan aib yang tak mungkin diceritakannya kepada orang lain, kecuali orang tuanya sendiri.

"Pendekar? Huh, dia adalah Ang-hong-cu, Jai-hwa-cat yang amat keji, maka aku tadi berusaha mati-matian untuk membunuhnya.

Kini Sun Hok yang terbelalak heran,
"Apa…. ? Dia…..? Ang-hong-cu Si Jai-hwa-cat…? Ah, benarkah itu, Nona? Aku pernah bertemu dengannya. Ilmu silatnya tinggi sekali, dan dia membujukku untuk membantu pemerintah menghadapi para datuk sesat yang bersekutu dan hendak memberontak. Bahkan aku mendengar sendiri dari Menteri Cang Ku Ceng bahwa Saudara Hay Hay itu adalah orang kepercayaan Menteri Yang Ting Hoo dan Jaksa Kwan di kota Siang-tan, dan mereka itu memesan kepadaku agar aku suka membantunya. Akan tetapi, ah... kenapa aku begini lancang mulut, padahal aku tidak mengenalmu, Nona. Siapakah engkau, dan bagaimana dapat menuduh Saudara Hay Hay yang gagah perkasa itu seorang Jai-hwa-cat?"






"Hemm, aku sendiri belum mengenal siapa engkau…." kata Ling Ling sambil menatap tajam.

"Namaku Can Sun Hok, Nona, juga tinggal di kota Siang-tan. Aku sudah janji kepada Saudara Hay Hay untuk membantu pemerintah menentang kaum sesat yang memberontak."

Ling Ling percaya kepada pemuda yang sopan dan halus ini,
"Namaku Cia Ling, dan akupun sedang melakukan penyelidikan ketika mendengar bahwa di daerah Yunan terdapat persekutuan kaum sesat yang dipimpin oleh Lam-hai Giam-lo dan mereka hendak melakukan pemberontakan. Kebetulan saja aku bertemu dengan Hay Hay itu dan ada serombongan murid Bu-tong-pai yang mengejar-ngejar dan menyerangnya karena menurut para murid Bu-tong-pai itu, dia adalah Ang-hong-cu, jai-hwa-cat yang telah mengganggu dan membunuh seorang murid Bu-tong-pai."

"Ah, kalau benar demikian, sungguh berbahaya! Dia lihai sekali dan kalau benar dia jai-hwa-cat, berarti dia seorang tokoh sesat dan tentu saja dia menjadi sekutu Lam-hai Giam-lo! Padahal Menteri Yang Ting Hoo dan Jaksa Kwan telah percaya kepadanya, bahkan menurut Menteri Cang Ku Ceng, dia telah menerima tanda kepercayaan Menteri Yang. Kalau begitu, sebaiknya kita melapor kepada Menteri Cang agar jangan sampai terlambat. Siapa tahu dia itu mata-mata pihak musuh."

'Tapi... Menteri Cang Ku Ceng tentu berada di kota raja!" kata Ling Ling ragu.

Pemuda itu tersenyum.
"Menteri Cang telah berada disini, tak jauh dari telaga ini, di balik bukit di utara itu, dan mempersiapkan ribuan orang pasukan dalam benteng darurat disana. Juga banyak pendekar sudah berkumpul disana, siap menanti saat baik untuk menggempur para pemberontak. Marilah, Nona. Kita harus melaporkan tentang Hay Hay itu kepada Menteri Cang agar beliau dapat mengambil keputusan."

Tidak ada jalan lain bagi Ling Ling kecuali menyetujui. Ia ingin sekali mengejar dan mencari Hay Hay sampai dapat, akan tetapi maklum bahwa tidak mudah menyusul pemuda yang amat lihai itu. Dengan perasaan hancur dan tubuh lemas ia mengikuti pemuda yang sopan itu menuju ke utara.

Untung ia adalah seorang gadis gemblengan dan tubuhnya sudah memiliki kekuatan yang jauh melebihi gadis biasa. Kalau tidak demikian, setelah apa yang dialaminya semalam, tentu ia tidak akan dapat melakukan perjalanan jauh tanpa merasa amat menderita lahir batin. Ia membayangkan betapa ayah ibunya akan terkejut sekali kalau mendengar malapetaka yang menimpa dirinya. Ibunya tentu akan marah bukan main dan akan mencari Hay Hay untuk membalas dendam. Kalau mengingat ini, ingin rasanya ia menangis tersedu-sedan, akan tetapi perasaan ini ditekannya karena ia tidak mau memperlihatkan kelemahan hatinya di depan Can Sun Hok yang baru saja dikenalnya.

Ia sendiri harus dapat bertemu lagi dengan Hay Hay, dan akan dicobanya sekali lagi untuk minta pertanggungan jawab pemuda itu. Kalau Hay Hay tetap menyangkal, ia akan menyerang mati-matian, dan tidak akan berhenti menyerang sebelum Hay Hay atau ia yang roboh dan tewas.

**** 196 ****
Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar