*

*

Ads

Rabu, 06 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 203

"Harap Taijin suka berhati-hati terhadap orang itu!" tiba-tiba Tiong Gi Cinjin berseru nyaring sehingga semua orang menengok kepadanya.

Juga Menteri Cang memandang kepada orang tua itu, lalu bertanya kepada tosu Bu-tong-pai yang kelihatan bersungguh-sungguh itu.

"Apakah maksud Totiang?"

"Seperti tadi telah diceritakan, pinto bersama beberapa orang murid berusaha menangkap Ang-hong-cu, akan tetapi tiba-tiba saja orang ini muncul dan mengacaukan keadaan. Dengan menyamar sebagai seorang penggembala, dia menggagalkan pengepungan kami dan ternyata dia memiliki ilmu kepandaian tinggi. Pinto khawatir kalau-kalau dia ini seorang kawan dari Ang-hong-cu, dan dia datang ini hanya untuk menjebak kita. Bagaimana kalau semua ini hanya suatu jebakan dan kalau kita menuruti keterangannya, kita semua masuk perangkap para gerombolan pemberontak?"

Seorang perwira tinggi memberi hormat kepada Menteri Cang.
"Apa yang dimaksudkan Tiong Gi Cinjin memang benar, Taijin. Bagaimanapun juga, kita harus berhati-hati karena kita belum mengenal benar siapa adanya orang yang mengaku bernama Han Lojin ini."

Menteri Cang memandang kepada Han Lojin,
"Engkau mendengar sendiri kecurigaan yang dijatuhkan kepadamu, Han Lojin dan harus kami akui bahwa pendapat mereka itu memang benar sekali. Bagaimana pertanggungan-jawabmu seandainya kemudian terbukti bahwa semua laporanmu ini hanya suatu jebakan belaka?"

Han Lojin tertawa.
"Ha-ha-ha, Taijin Yang Mulia. Betapapun bodohnya, saya belumlah gila untuk mempermainkan begini banyaknya orang-orang pandai yang terkumpul disini. Kalau saya memasang umpan perangkap, apa yang dapat saya andalkan untuk menyelamatkan diri? Saya tentu akan mati sebelum mampu lari sepuluh langkah, dan saya berani menebus kebenaran laporan saya dengan nyawa saya."

“Bagus kalau begitu. Nah, mulai sekarang, engkau menjadi orang tahanan kami. Engkau akan ditahan di puncak bukit, dijaga dengan ketat. Kalau kemudian ternyata bahwa laporanmu benar, engkau akan berjasa besar sekali dan menerima hadiah besar dari kerajaan. Sebaliknya, kalau semua laporan ini hanya perangkap maka engkau akan menerima hukuman berat!"

"Baik, Yang Mulia! Saya memang tidak suka perang, dan saya akan menanti dengan hati lapang karena saya percaya bahwa Paduka yang memiliki nama besar sebagai seorang menteri yang bijaksana, tentu akan memenuhi janji."

Menteri Cang lalu memerintahkan dua orang perwira untuk membawa Han Lojin pergi dari situ, untuk ditahan di puncak bukit dimana sudah disediakan sebuah bangunan khusus untuk menahan para pimpinan musuh kalau tertawan dan dijaga dengan ketat.

Dengan sikap tenang, Han Lojin bangkit dan digiring oleh dua orang perwira itu keluar. Sebelum dia keluar, Hui Lian sempat berteriak kepadanya.

"Han Lojin, apakah engkau melihat Tang Hay di perkampungan pemberontak? Bagaimana keadaannya?"

Mendengar pertanyaan ini, Han Lojin berhenti melangkah dan menoleh memandang kepada Hui Lian dan berseru kagum.

"Wah, Ang-hong-cu muda itu memang hebat, dimana-mana dikagumi wanita! Dia memang disana dan dalam keadaan sehat-sehat saja!"

Mendengar betapa Han Lojin menyebut Ang-hong-cu kepada Hay Hay, jantung dalam dada Hui Lian berdebar tegang. Benarkah bahwa Hay Hay adalah seorang jai-hwa-cat?

"Benarkah bahwa dia adalah kaki tangan pemberontak?" tanyanya pula sebelum Han Lojin keburu pergi.

"Ang-hong-cu seorang kaki tangan pemberontak? Ha-ha, yang bilang demikian itu sungguh bodoh! Ang-hong-cu boleh jadi suka memetik kembang, akan tetapi dia tidak akan merusak taman. Bahkan dia siap membela tanah air dan bangsa dengan taruhan nyawanya, ha-ha-ha!"

Dia lalu melangkah pergi digiring oleh dua orang perwira dan di luar disambut oleh pasukan yang berjumlah dua losin orang bersenjata lengkap. Dia terus dibawa ke puncak bukit dimana terdapat sebuah bangunan yang kokoh dan terjaga ketat.

Setelah Han Lojin pergi, Menteri Cang segera mengadakan perundingan dengan para perwira dan para pendekar. Kemudian mengambil keputusan untuk mendahului gerakan para pemberontak seperti yang diceritakan oleh Han Lojin tadi.






Biarpun mereka masih belum percaya begitu saja kepada Han Lojin yang tidak mereka kenal, namun keterangan itu sungguh penting dan kalau benar para pemberontak akan mulai bergerak setelah malam terang bulan, maka jalan satu-satunya terbaik adalah mendahului mereka, menyerbu tempat yang menjadi sarang mereka itu sebelum mereka berpencar dan mulai dengan gerakan mereka.

Menteri Cang adalah seorang pembesar yang amat pandai dan bijaksana. Walaupun dia seorang menteri sipil, namun dia pandai ilmu perang, dan kini dia merundingkan siasat mereka untuk menyerbu sarang pemberontak bersama para komandan pasukan, juga minta pendapat para pendekar yang hadir disitu.

Sikap seperti ini dari seorang pemimpin mendatangkan banyak keuntungan. Pertama, para pembantunya atau bawahannya akan merasa terangkat dan dihargai pendapat mereka sehingga mereka akan menjadi semakin suka kepada pemimpin mereka. Dan kedua, dengan mengumpulkan banyak pendapat, maka dapat disaring dan diambil keputusan terbaik, karena bukan tidak mungkin seorang yang kedudukannya lebih rendah memiliki pendapat dan siasat yang lebih baik daripada atasannya.

Setelah mengadakan perundingan serius, mendengarkan bermacam pendapat dan saran, akhirnya Menteri Cang mengambil keputusan dan berkata dengan suara lembut namun tegas kepada semua yang hadir.

"Terima kasih atas segala saran yang kalian berikan kepadaku, dan terutama sekali saran dari para Enghiong (Pendekar) yang membantu pemerintah untuk menumpas gerombolan pemberontak. Setelah menampung dan menyaring semua saran, kami memutuskan untuk melakukan penyerbuan sekarang juga ke sarang gerombolan itu. Karena daerah itu merupakan daerah berbahaya, maka kita harus melakukan pengepungan dari enam penjuru. Harap Cu-wi (Kalian) periksa baik-baik peta yang dibuat oleh Han Lojin dengan amat teliti ini."

Pembesar tinggi itu membeberkan peta di atas meja dan semua yang hadir mendekat, lalu sama-sama mempelajari peta itu.

"Nah, ada enam jurusan yang dapat kita pergunakan untuk mengepung sarang pemberontak itu. Kalau gerakan kita lakukan sekarang, maka paling lambat lima hari sarang itu akan dapat kita kepung seluruhnya, jadi kurang dua tiga hari sebelum bulan purnama muncul. Pasukan akan kita bagi menjadi tujuh, enam kelompok melakukan gerakan dari enam jurusan untuk mengepung sarang musuh, sedangkan kelompok ke tujuh yang merupakan kelompok induk, akan menyerbu langsung dari depan. Enam kelompok yang mengepung, tidak akan bergerak lebih dahulu agar musuh mengira bahwa kita hanya datang dari satu jurusan. Kalau mereka mengerahkan kekuatan mereka untuk menghadapi kelompok induk, barulah enam kelompok yang lain menyerbu dari jurusan masing-masing dan tidak memberi kesempatan kepada para pemberontak untuk lolos melarikan diri. Khusus untuk para pendekar yang gagah perkasa, ketika terjadi pertempuran, kami mengharap dengan hormat dan sangat, agar Cu-wi Enghiong (Para Pendekar Sekalian) suka menghadapi para tokoh sesat yang membantu pasukan pemberontak. Pasukan pemberontak itu sendiri, menjadi bagian pasukan kami untuk menghancurkannya, jadi harap Cu-wi menghadapi saja para tokoh sesat yang lihai itu. Apakah sudah jelas? Kalau ada pertanyaan, harap diajukan sekarang. Malam ini juga kita bergerak, dan Koan-ciangkun harap nanti mengatur untuk membagi-bagi pasukan menjadi tujuh kelompok. Kelompok ke tujuh sejumlah empat persepuluh bagian, sedangkan enam kelompok yang lain sejumlah sepersepuluh bagian."

Para pendekar mengangguk dan merasa bahwa keterangan itu sudah cukup jelas. Akan tetapi seorang perwira mengacungkan tangan untuk bertanya. Setelah Menteri Cang mengangguk, dia bertanya, suaranya lantang.

"Harap Paduka suka memberi petunjuk bagaimana kami harus bersikap terhadap para pemberontak itu. Apakah kami harus membunuh mereka semua tanpa ampun?"

Menteri Cang mengangguk-angguk.
"Pertanyaan yang baik sekali dan tadi kami kurang teliti sehingga hal penting itu belum kami beritahukan. Harap Cu-wi ingat benar bahwa biarpun mereka itu memberontak, namun mereka adalah sebangsa dan mereka itu terutama para anak buah, hanya mentaati perintah atasan saja. Oleh karena itu, kalau ternyata kekuatan kita jauh lebih besar, kita tidak boleh membantai mereka secara kejam. Hindarkan pembunuhan dan sedapat mungkin tawan saja mereka. Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi kaum sesat yang memang patut untuk dibasmi. Nah, masih ada pertanyaan?"

Setelah tidak ada lagi yang bertanya, Komandan Koan yang ditunjuk sebagai pimpinan untuk mengatur pembagian kelomppk, segera melaksanakan tugasnya. Dia bukan saja membagi pasukan menjadi tujuh kelompok dengan masing-masing komandannya, akan tetapi juga membagi para pendekar dalam kelompok-kelompok itu untuk membantu kalau-kalau ada kelompok yang bertemu dengan tokoh sesat.

Su Kiat, Hui Lian dan Kui Hong, juga Sun Hok dan Ling Ling, ditugaskan untuk membantu dan memperkuat kelompok induk, bersama beberapa orang tokoh dari Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai.

Malam itu, berangkatlah ketujuh kelompok pasukan itu, mengambil jalan masing-masing. Yang enam kelompok melakukan perjalanan secara rahasia, menyusup-nyusup keluar masuk hutan, adapun kelompok induk mengambil jalan besar dan memang kelompok ini dimaksudkan untuk melakukan penyerbuan secara berterang sehingga disambut oleh musuh dan membuat lalai dan lengah sehingga enam kelompok yang lain akan dapat menyusup dan mengurung sarang gerombolan pemberontak tanpa diketahui.

Tepat seperti yang telah diperhitungkan Menteri Cang, yang memimpin sendiri kelompok induk dengan menunggang kuda dan diapit pengawal pribadinya, tiga hari sebelum terang bulan, kelompok induk telah berhadapan dengan sarang musuh yang berada di Lembah Yang-ce, di Pegunungan Yunan.

Kelompok induk ini sengaja melakukan perjalanan lambat-lambatan karena hendak memberi waktu kepada enam kelompok lainnya agar mereka itu dapat lebih dahulu datang ke tempat tujuan dan melakukan pengepungan.

Dan malam itu, Menteri Cang melihat luncuran panah api dari enam penjuru, sebagai tanda bahwa enam kelompok pasukan itu telah tiba di tempat masing-masing dan siap siaga sambil melakukan pengepungan. Melihat ini, menjelang pagi, Menteri Cang, memberi isarat agar pasukan induk itu melakukan penyerbuan.

Munculnya pasukan ini tentu saja sudah dapat diketahui oleh mata-mata pemberontak dan telah dilaporkan kepada Lam-hai Giam-lo dan Kulana yang telah berada disitu menjadi tamu kehormatan, juga diangkat menjadi panglima tertinggi yang memimpin siasat gerakan pemberontak itu.

"Hemm, agaknya rencana kita telah bocor dan bukan tidak mungkin pemuda bernama Tang Hay itu, atau juga Nona Pek Eng yang menjadi muridmu itu yang berkhianat, Lam-hai Giam-lo," kata Kulana mengerutkan alisnya.

Lam-hai Giam-lo menggeleng kepalanya.
"Kurasa bukan mereka, akan tetapi aku lebih mengkhawatirkan orang yang mengaku bernama Han Lojin itulah yang menjadi mata-mata musuh. Habis, bagaimana baiknya sekarang, Saudara Kulana?"

Bangsawan Birma itu tersenyum.
"Jangan khawatir, bahkan kebocoran ini dapat menguntungkan kita! Bukankah menurut perhitungan orang kita, jumlah pasukan itu hanya antara tujuh ratus sampai delapan ratus orang saja? Sedangkan pasukan kita yang sudah berkumpul disini tidak kurang dari seribu dua ratus orang! Dan kita masih dibantu oleh orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi. Biarkan mereka datang menyerbu, kita pura-pura tidak tahu saja. Jalan terusan menuju ke lembah ini yang terapit oleh dinding bukit itu merupakan tempat jebakan yang amat baik. Biarkan pasukan mereka memasuki jalan itu, setelah semua masuk ke jalan itu, kita tutup dari depan dan belakang dan kita serang mereka! Kita pasang barisan pendam di mulut jalan terusan. Dengan demikian, kita akan dapat membasmi mereka semua. Bunuh mereka semua, jangan beri ampun kepada seorangpun diantara mereka. Kemenangan besar ini akan membakar semangat anak buah kita dan kita akan dapat merampas persenjataan mereka yang cukup banyak dan baik."

Kulana lalu mengadakan perundingan dengan para pembantu, mengatur siasat untuk menjebak pasukan pemerintah yang dikabarkan datang ke arah sarang mereka itu.

Sementara itu, Koan-ciangkun yang memimpin pasukan induk, segera menghadap Menteri Cang Ku Ceng, memberi tahu bahwa pihak lawan agaknya diam saja, seolah-olah tidak tahu akan usaha penyerbuan tentara kerajaan.

"Hamba khawatir kalau-kalau mereka mengatur perangkap, karena mereka itu bersikap diam saja seolah-olah tidak tahu akan kedatangan pasukan kita. Bagaimana baiknya sekarang, harap Paduka suka memberi petunjuk."

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar