*

*

Ads

Selasa, 12 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 220

"Han Lojin, keluarlah!"

Hay Hay berseru. Tiada jawaban. Dengan tidak sabar lagi Hay Hay mendorong daun pintu. Pintu terbuka dan ternyata pondok itu kosong, dan semua jendelanya terbuka sehingga sinar matahari memenuhi pondok. Tiada seorangpun disitu, akan tetapi Hay Hay segera tertarik oleh coret-coret di dinding sebelah dalam pondok. Tulisan yang cukup indah dan jelas dalam bentuk sajak. Dibacanya tulisan itu.

Beterbangan dari bunga ke bunga
menyusup kelopak bunga harum semerbak
sepuas hati menghisap madunya
meninggalkan bunga layu tergeletak!

Kamu Tawon Muda tiada guna
hanya puas dimabok harum bunga
biarkan seratus bunga melayu
masih ada ribuan kuncup mekar penuh madu!

Hay Hay mengerutkan alisnya, dan kini dia melihat dua buah benda berkilauan di atas meja dekat dinding itu. Ketika dia menghampiri, ternyata dua buah benda itu adalah dua perhiasan tawon merah, persis seperti yang tersimpan dalam kantung bajunya! Dan terdapat sehelai kertas tertulis di bawah dua benda perhiasan itu. Cepat disambarnya kertas itu dan dibaca tulisannya.

“Dua buah tanda mata ini untuk Nona Pek Eng dan Nona Cia Ling, masing-masing sebuah.”

Dan di dalam tulisan itu terdapat lukisan seekor tawon merah! Wajah Hay Hay berubah pucat kedua tangan yang memegang surat itu gemetar, dan tiba-tiba dia meremas hancur surat itu, lalu menyimpan dua buah perhiasan yang amat dibencinya itu ke dalam saku bajunya. Kemudian, matanya mengeluarkan sinar berapi memandang ke arah tulisan sajak di atas dinding, tubuhnya gemetar dan kedua tangannya digenggam kuat-kuat dan diapun mengeluarkan bentakan nyaring.

"Jahanaaaammmm….!" Dihantamnya meja di depannya.

"Braaakkkk…..!!"

Meja itu hancur berkeping-keping, akan tetapi tubuh Hay Hay terkulai di atas lantai, pingsan! Dia telah mengalami guncangan batin yang amat hebat. Ketika untuk kedua kalinya, pertama dari Pek Eng, kemudian kedua kalinya dari Ling Ling, dia mendengar bahwa yang menggauli Pek Eng dan memperkosa Ling Ling itu seorang pria yang mengeluarkan bau harum bunga, madu dan cendana, diapun segera teringat.

Hanya Han Lojin yang mengeluarkan bau seperti itu! Hal ini diingatnya benar, karena ketika dia disuguhi arak di waktu malam itu oleh Han Lojin, diapun mencium bau yang khas itu, yang sempat membuatnya terheran-heran. Dan dia pun merasa yakin bahwa pelaksana kejahatan yang amat keji itu tentulah Han Lojin yang lihai! Ini merupakan guncangan pertama.

Kemudian, di dalam pondok ini, setelah membaca sajak itu, apalagi membaca surat dan peninggalan dua buah perhiasan tawon merah, hatinya terguncang untuk kedua kalinya, bahkan lebih hebat lagi karena dia mendapat kenyataan bahwa Han Lojin penjahat keji yang telah memperkosa Pek Eng dan Ling Ling, bukan lain adalah Ang-hong-cu, atau ayah kandungnya sendiri! Kebencian menyesak di dadanya.

Ayah kandungnya itu terkenal sebagai Ang-hong-cu, jai-hwa-cat yang amat kejam dan jahat, pemerkosa ibunya, kemudian bahkan memperkosa dua orang gadis dusun yang sederhana itu, dan kini memperkosa Pek Eng dan Ling Ling!

Lebih hebat lagi, semua orang menyangka dia yang melakukan perbuatan itu, dan agaknya Han Lojin atau Ang-hong-cu orang she Tang itu agaknya memang sengaja melakukan hal itu untuk merusak namanya. Bahkan dari sindiran pada sajak itu, agaknya Ang-hong-cu atau Han Lojin sudah tahu bahwa dia adalah puteranya yang dikatakan "Tawon Muda tiada guna!"

Pantas dia pernah disuguhi arak perangsang, tentu dengan maksud agar dia memperkosa atau menggauli Pek Eng, perbuatan yang tentu akan menyenangkan hati ayah kandung itu karena dianggap cocok dengan wataknya, dianggap mewarisi bakat dan keahlian ayah kandungnya!

Ketika Menteri Cang dan para pendekar memasuki pondok itu, Hay Hay sudah siuman dari pingsannya, dan dia demikian terpukul sehingga dia masih berlutut di atas lantai dan termenung seperti orang kehilangan semangat.

Kok Hui Lian yang tadi merasa amat khawatir akan keadaan Hay Hay dan wanita yang diam-diam amat mencinta Hay Hay ini tadi telah mengerahkan seluruh tenaganya, mempergunakan ilmu berlari cepat yang membuat tubuhnya meluncur bagaikan terbang, kini sudah tiba paling depan dan iapun menyentuh pundak Hay Hay dengan lembut dan penuh kekhawatiran.






"Hay Hay, apakah yang telah terjadi?" tanyanya.

"Dimana Han Lojin?" terdengar pertanyaan-pertanyaan dari para pendekar yang tadinya sudah tahu bahwa Han Lojin ditahan di pondok itu.

Ketika Menteri Cang muncul pula ke dalam pondok, semua orang memberi jalan dan diapun bertanya,

"Dimana adanya Han Lojin? Tang-enghiong (Orang Gagah. Tang), dimana Han Lojin?" tanyanya kepada Hay Hay.

Sejak. tadi, Hay Hay diam saja seolah-olah tidak mendengar pertanyaan orang-orang itu, bahkan seolah-olah tidak sadar bahwa pondok itu telah penuh orang. Kini, mendengar suara Menteri Cang, diapun sadar dan mengangkat kepala memandang pembesar itu. Akan tetapi diapun tidak menjawab, melainkan menudingkan telunjuknya ke arah tulisan di dinding.

Semua orang, termasuk Menteri Cang, membaca sajak di dinding itu, dan mulailah mereka itu berseru kaget dan suasana menjadi bising.

"Ang-hong-cu….! Ada gambar tawon merah….!”

"Kalau begitu, dia Ang-hong-cu….!"

"Han Lojin adalah Ang-hong-cu…..!"

Kini Hay Hay telah sadar betul. Perlahan-lahan dia bangkit berdiri, menyapukan pandang matanya kepada mereka semua, kemudian dia berkata, suaranya lantang.

"Benar sekali! Han Lojin adalah Ang-hong-cu (Si Tawon Merah), penjahat cabul, jai-hwa-cat yang amat kejam! Dia adalah Ayah kandungku! Dialah yang melakukan semua kejahatan terhadap wanita yang dituduhkan kepadaku. Aku berjanji, kepada semua orang, untuk mencarinya, untuk meminta pertanggungan jawabnya! Akan tetapi, kalau masih ada yang penasaran dan hendak menghukum aku sebagai anaknya, sebagai penggantinya yang menerima hukuman, silakan! Aku tidak akan melawan, silakan sebelum aku pergi dari sini untuk memulai dengan tugas yang sudah kujanjikan yaitu mencarinya sampai dapat dan menuntut pertanggungan jawab darinya!"

"Bapaknya jahat, anaknyapun tentu jahat! Biar aku yang menghukumnya!"

Tiba-tiba terdengar bentakan-bentakan dan Bu-tong Liok-eng, enam orang tokoh murid utama dari Bu-tong-pai, berlompatan maju dan mengepung Hay Hay yang sudah keluar dari dalam pondok dan berada di pelataran pondok itu.

Akan tetapi tiba-tiba Hui Lian melompat ke dalam kepungan, mukanya merah, matanya bersinar-sinar.

"Hay Hay tidak bersalah, kalau ada yang hendak mengganggunya, akan berhadapan dengan aku!"

Suaminya, Ciang Su Kiat, yang juga berpendapat bahwa Hay Hay tidak dapat disalahkan, sudah maju pula di samping isterinya sehingga Hui Lian merasa girang sekali.

"Saudara Tang Hay tidak bersalah, biarkan dia pergi mencari Ayah kandungnya seperti yang telah dijanjikannya tadi." kini Han Siong juga melangkah maju ke dalam kepungan, siap untuk membela Hay Hay karena dia tidak merasa rela kalau sampai pemuda perkasa itu dibunuh tanpa dosa.

"Siancai... kalian mundurlah." Kata Tiong Gi Cinjin. "Bukankah tadi sudah ada kesepakatan antara kita dengan putera Ang-hong-cu itu?"

Mendengar teguran paman guru mereka, juga melihat betapa orang-orang sakti itu maju membela Hay Hay, Bu-tong Liok-eng lalu mundur.

Hay Hay memandang ke sekeliling, terutama sekali dia memandang wajah Ling Ling dan Pek Eng dengan penuh iba, kemudian mengangkat kedua tangan ke dada memberi hormat.

"Terima kasih atas kepercayaan Cu-wi. Bagaimanapun juga, yang melakukan kejahatan-kejahatan itu adalah Ayah kandungku sendiri, oleh karena itu, sudah sepatutnya kalau disini aku mohon maaf sebesarnya kepada Cu-wi. Percayalah, aku akan pergi mencarinya sampai dapat, dan akan kupaksa dia untuk mempertanggung jawabkan semua dosanya. Kalau perlu, dia mati di tanganku atau aku mati di tangannya. Nah, selamat tinggal dan maafkan aku"

Hay Hay memberi hormat lalu meloncat jauh dan berlari secepatnya meninggalkan tempat itu.

Menteri Cang lalu menghaturkan terima kasih kepada para pendekar atas bantuan mereka sehingga pemberontakan dapat ditumpas dan menawarkan bantuan bagi mereka yang kehilangan anggauta atau teman dalam pertempuran itu. Para pendekar lalu bubaran.

Pek Eng yang bertemu dengan ayahnya lalu lari menghampiri ayahnya dan disambut dengan pelukan. Gadis itu menangis di dada ayahnya. Pek Kong, atau Ketua Pek-sim-pang, mengajak kedua orang anaknya, yaitu Pek Han Siong dan Pek Eng untuk bicara di tempat terpisah. Bahkan dia minta permisi kepada sahabatnya, Song Un Tek untuk dapat bicara bertiga saja dengan kedua orang anaknya.

"Nah, sekarang ceritakanlah apa artinya semua itu." kata Pek Kong dengan nada suara yang penasaran. "Pertama, aku minta penjelasan dari engkau Eng-ji. Apa yang telah terjadi sehingga Lam-hai Siang-mo, suami isteri iblis itu mendatangi Kang-jiu-pang dan memutuskan pertalian jodoh antara engkau dan Song Bu Hok, bahkan suami isteri iblis itu telah membikin kacau dan menyerang orang-orang Kang-jiu-pang!"

Dengan muka menunjukkan penyesalan dan ketakutan terpaksa Pek Eng menceritakan betapa ia ditangkap oleh anak buah Lam-hai Giam-lo dan untuk menyelamatkan diri, ia terpaksa mau menjadi anak angkat dan murid Lam-hai Giam-lo. Karena tidak setuju dengan ikatan jodoh itu, ia minta kepada Lam-hai Giam-lo untuk membatalkannya dan ketua pemberontak itu mengutus Lam–hai Siang-mo untuk mendatangi Kang-jiu-pang dan memutuskan pertalian jodoh.

Merah wajah Pek Kong mendengar pengakuan puterinya itu.
"Hemm, sungguh engkau membikin malu keluarga kita!" omelnya. "Lalu apa artinya keributan dengan Tang Hay tadi? Han Siong, mengapa pula engkau bersusah payah berusaha untuk membunuh Tang Hay?"

Han Siong tidak berani menjawab dan memandang kepada adiknya. Pek Eng sudah menangis dan tiba-tiba ia menubruk kaki ayahnya dan menangis sesenggukan. Pek Kong amat mencinta Pek Eng, maka betapapun marahnya, melihat puterinya merangkul kedua kakinya dan menangis sesenggukan, dia terkejut dan mengangkat bangun gadis itu.

"Engkau kenapakah?"

"Ayah, ampunkan aku, Ayah... atau... bunuh saja aku…..!”

"Eh, sudah gilakah engkau? Apa yang telah terjadi?"

"Koko... tolonglah, ceritakan kepada Ayah…" pinta Pek Eng kepada kakaknya dengan sendu.

Bagaimanapun juga, bagaimana ia dapat menceritakan aib yang telah menimpa dirinya itu kepada ayahnya?

Han Siong mengangguk, maklum akan perasaan adiknya. Diapun ingin menolong adiknya dan meringankan kesalahan adiknya, oleh karena itu dia berani sedikit membohong kepada ayahnya.

"Ayah, sesungguhnya, Eng-moi telah menderita malapetaka yang hebat. Ia telah... telah diperkosa orang..."

"Apa…." Pek Kong berseru keras dan mukanya berubah pucat. "Bagaimana…? Siapa…?”

Dia tergagap saking kaget dan marahnya mendengar bahwa puterinya telah diperkosa. Berita ini agaknya lebih hebat daripada berita kematian.

Han Siong maklum akan keadaan ayahnya maka dengan tenang dia lalu berkata,
"Harap Ayah suka menenangkan hati Ayah. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih kalau sudah dikehendaki oleh Thian. Eng-moi diperkosa orang yang memiliki ilmu tinggi, ia tidak berdaya dan tertotok. Tadinya Eng-moi menyangka bahwa pelakunya adalah Tang Hay, oleh karena itu ia memusuhi Tang Hay dan minta kepadaku untuk menghajarnya. Itu pula sebabnya mengapa aku berkelahi mati-matian melawan Tang Hay. Akan tetapi, kemudian kita sama melihat bahwa Tang Hay tidak berdosa, bahwa yang melakukan hal itu bukan lain adalah Ang-hong-cu, Ayah kandung Tang Hay yang menyamar sebagai Han Lojin."

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar