*

*

Ads

Kamis, 07 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 206

Hay Hay lari sambil mengepal kedua tangannya, membentuk tinju yang keras, seperti kerasnya hatinya pada saat itu. Bedebah Sim Ki Liong! Hanya nama ini yang teringat terus olehnya, nama yang dimaki dan dikutuknya karena dia hampir merasa yakin bahwa Ki Liong yang telah memperkosa Pek Eng. Bukankah Han Lojin memberitahukan kepadanya betapa Ki Liong merayu Pek Eng di dalam taman? Dan bukankah pemuda itu pula yang agaknya bertukar nama keturunan, dari Ciang ke Sim, murid Pendekar Sadis yang telah murtad, melarikan diri meninggalkan Pulau Teratai Merah tanpa pamit, bahkan melarikan pula banyak pusaka dari pulau itu?

Siapa lagi kalau bukan Ki Liong yang telah melakukan kekejian memperkosa, atau lebih tepat menggauli Pek Eng dengan menyamar sebagai dia? Siapa lagi kalau bukan Ki Liong karena dialah orang terdekat di waktu itu? Bentuk tubuh Ki Liong sama dengannya dan dalam kegelapan itu, tentu Pek Eng tidak dapat membedakan. Agaknya Ki Liong telah mempergunakan kesempatan jahanam itu, ketika dia melarikan diri karena takut terhadap diri sendiri yang hampir saja tergelincir ke dalam perjinaan bersama Pek Eng, lalu Ki Liong menyelinap masuk dan melanjutkan apa yang baru saja dia tinggalkan!

"Jahanam...!"

Hay Hay marah sekali. Dua hal yang membuatnya marah sekali. Pertama karena pemuda itu telah menodai Pek Eng dan dengan demikian merusak kehormatan, harga diri dan kebahagiaan gadis itu. Dan kedua, pemuda itu telah mencemarkan nama baiknya, karena dengan perbuatannya itu, Pek Eng kini mengira bahwa dialah yang melakukannya!

"Keparat terkutuk!"

Kembali dia memaki. Dia harus dapat menangkap Ki Liong dan memaksa pemuda itu untuk mengaku di depan Pek Eng bahwa dialah yang melakukan perbuatan keji itu. Kemudian, tiba-tiba saja wajah Pek Eng yang dibayangkan itu berubah menjadi wajah Ling Ling dan seketika dia merasa lemas. Dia berhenti lari dan melempar dirinya duduk di bawah pohon dalam hutan itu.

"Celaka...!" serunya bingung ketika dia teringat akan tuduhan Ling Ling bahwa dia telah memperkosa gadis itu!

Tidak mungkin Ling Ling berbohong karena dia telah melihat sendiri keadaan gadis itu. Bertelanjang bulat di tepi telaga itu dalam keadaan lemas tak mampu bergerak karena ditotok orang! Jelas bahwa Ling Ling memang diperkosa orang semalam, dan gadis itu mengira bahwa dialah yang melakukan perkosaan!

"Keparat jahanam.....!"

Dia memaki lagi, akan tetapi sekali ini makian tidak ditujukan kepada Ki Liong. Siapakah yang telah melakukan perkosaan terhadap diri Ling Ling? Dan mengapa pula Ling Ling mengira bahwa dia pelakunya? Kenapa dalam waktu yang bersamaan, dua orang gadis yang telah direnggut kehormatannya oleh orang lain, keduanya menuduh dia yang telah melakukannya?

"Sialan...!" gerutunya gemas, akan tetapi juga trenyuh karena dia merasa kasihan sekali kepada kedua orang gadis itu.

Dua orang gadis yang gagah perkasa, cantik manis, muda belia, bagaikan dua tangkai bunga sedang mekar semerbak, tahu-tahu di petik orang secara keji, dan dialah yang dituduh sebagai pemetik dan perusaknya. Dan diapun teringat akan orang-orang Bu-tong-pai! Mereka inipun menuduhnya memperkosa seorang murid wanita Bu-tong-pai, bahkan mengira bahwa dialah jai-hwa-cat yang berjuluk Ang-hong-cu!

Urusan dengan orang-orang Bu-tong-pai ini dapat dia mengerti. Mereka itu salah sangka. Mungkin saja seorang murid wanita Bu-tong-pai diperkosa oleh Ang-hong-cu, dan mereka menuduh dia sebagai Ang-hong-cu karena mereka melihat dia memegang sebuah mainan tawon merah dari emas, yaitu benda yang menjadi tanda dari penjahat cabul Ang-hong-cu, ayahnya! Ayah kandungnya! Dan kini, tiba-tiba saja Pek Eng dan Ling Ling menuduh dia sebagai perusak keperawanan mereka!

"Tenanglah Hay Hay, tenanglah…."

Dia menghibur diri sendiri. Dia harus berpikir masak-masak sebelum bertindak secara sembrono, hanya menurutkan emosi belaka, menurutkan kemarahan hatinya. Agaknya tersembunyi rahasia aneh di balik ini semua. Maka sebelum melanjutkan perjalanannya dan niat hatinya untuk mencari Ki Liong yang dituduhnya sebagai pemerkosa atau perusak kehormatan Pek Eng dengan menyamar sebagai dirinya, dia ingin memikirkan kembali segala yang terjadi baru-baru ini.

Dia mengenang kembali peristiwa malam itu. Dia berada di dalam kamarnya ketika Han Lojin memanggilnya dari luar kamar. Kemudian mereka bercakap-cakap dan Han Lojin memberitahukan bahwa baru saja dia menghindarkan Pek Eng dari rayuan maut Ki Liong. Kemudian, sebagai tanda persahabatan dan perasaan kagum Han Lojin kepadanya, Han Lojin mengajaknya minum tiga cawan arak yang harum dan manis.






Dia merasa khawatir. Setelah Han Lojin pergi, dia lalu memanggil Pek Eng keluar dari kamarnya, diajak ke dalam taman dan dia hendak memperingatkan gadis itu dari bahaya rayuan Ki Liong. Akan tetapi apa yang terjadi kemudian? Hay Hay mengerutkan alisnya, mukanya terasa panas karena malu dan dia mengepal tinju, sekali ini ingin dia menampar mukanya sendiri.

Mengapa dia secara mendadak saja lalu seperti orang mabuk, terangsang oleh kehadiran Pek Eng yang demikian dekat dengannya? Kenapa dia seperti dimasuki iblis, merangkul dan menciurmi gadis itu? Dan Pek Eng tidak melawan, bahkan pasrah saja, bahkan membalas rangkulannya dengan mesra, dengan penuh penyerahan diri.

Hampir saja terjadi pelanggaran di dalam pondok taman itu ketika dia dan Pek Eng berada di dalamnya, di atas dipan. Akan tetapi, dia tersadar dan cepat dia pergi meninggalkan gadis itu, meninggalkan tempat yang berbahaya itu. Dia merasa menyesal sekali, dan malu kepada diri sendiri, malu untuk bertemu dengan Pek Eng.

Hay Hay menggaruk kepalanya. Heran sekali dia, mengapa dia menjadi seperti orang mabuk dan terangsang ketika berhadapan dengan Pek Eng. Arak itu! Arak harum manis yang diminumnya bersama Han Lojin!

Hay Hay meloncat bangun. Mungkinkah arak yang disuguhkan Han Lojin itu yang menjadi sebabnya? Arak itu mengandung obat perangsang? Akan tetapi... dia melihat betapa Han Lojin sendiri juga meminumnya, bahkan dia mentertawakan orang itu yang nampak mabuk setelah minum tiga cawan. Dan andaikata benar demikian, lalu apa artinya? Apa maksudnya Han Lojin menyuguhkan arak yang mengandung obat perangsang kepadanya?

Dan Han Lojin pula yang menceritakan kepadanya bahwa Pek Eng dirayu oleh Ki Liong. Seolah-olah ada hubungannya antara pemberitahuan tentang Pek Eng dan penyuguhan arak perangsang itu. Benarkah ada hubungannya? Apakah Han Lojin menghendaki agar dia mendekati Pek Eng dalam keadaan terangsang? Apakah orang aneh itu menghendaki agar terjadi hubungan gelap antara dia dan Pek Eng? Lalu apa maksudnya kalau begitu?

"Sungguh bisa bikin orang menjadi gila!" pikirnya.

Dan lebih membingungkan lagi kalau dia mengingat akan peristiwa yang menimpa diri Ling Ling. Dia memang menjanjikan kepada gadis yang masih puteri suhengnya itu untuk menanti di tepi telaga selama tiga hari. Dia akan datang mencarinya dan mengabarkan tentang penyelidikannya ke sarang pemberontak.

Akan tetapi, dia menemukan gadis perkasa itu telah diperkosa orang. Mengingat akan tingkat kepandaian Ling Ling, Hay Hay merasa yakin bahwa pemerkosa gadis itu bukan orang sembarangan. Tentu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Kalau tidak demikian, mana mungkin dapat membuat seorang gadis selihai Ling Ling tidak berdaya dengan totokan dan memperkosanya? Dia bersedih sekali mengingat akan nasib Ling Ling.

"Hemm, aku pasti akan mencari orang yang telah merusak Pek Eng dan Ling Ling itu, sampai dapat! Bukan hanya untuk mencuci bersih namaku, akan tetapi terutama sekali untuk mencegah agar penjahat keji itu tidak lagi melakukan kecabulan terhadap gadis lain!"

Dan diapun akan mencari ayah kandungnya sampai dapat! Ayahnyapun termasuk seorang penjahat cabul yang kejam, dan dia harus menegur ayah kandungnya, dan kalau perlu menentangnya! Juga dia akan menemui Ki Liong, memaksa pemuda itu untuk mengaku kalau memang benar Ki Liong yang telah menggauli Pek Eng seperti yang dia sangka, dengan menyamar sebagai dia.

Selain Ki Liong, dia juga harus menemui Han Lojin untuk menuntut orang itu mengaku tentang arak perangsang dan apa maksudnya Han Lojin rnenyuguhkan arak perangsang kepadanya!

Dengan keputusan hati seperti ini, Hay Hay menjadi tenang kembali. Dia tidak boleh dimakan perasaan emosi dan kemarahan. Dia menghadapi orang-orang pandai seperti Ki Liong, Han Lojin, dan pemerkosa misterius itu, juga menghadapi ayah kandungnya sendiri yang belum pernah dikenalnya. Dia harus berhati-hati!

Ketika dengan hati-hati dia menyusup-nyusup melalui hutan-hutan dan perbukitan untuk memasuki perkampungan para pemberontak, tiba-tiba dia melihat bayangan orang berkelebat. Dia cepat menyusup ke balik semak belukar untuk bersembunyi dan nampaklah olehnya bahwa bayangan itu adalah Han Lojin!

Hay Hay mengintai dan melihat betapa orang itu memegang sehelai kertas yang mulai digambarinya, kadang-kadang mengangkat kepalanya melihat-lihat ke arah sarang pemberontak di bukit depan. Han Lojin sedang melukis, pikirnya heran. Dengan hati-hati dia menyusup semakin dekat. Ah, Han Lojin sedang melukis peta, pikir Hay Hay, semakin heran lagi.

Tiba-tiba Han Lojin bergerak dan berloncatan ke depan. Dengan hati yang penuh tanda tanya, Hay Hay membayangi dari jauh. Tak salah dugaannya, Han Lojin sedang membuat peta dari keadaan sekeliling sarang pemberontak! Sungguh tak dapat dia menduga apa maksudnya. Hanya setan saja yang tahu apa yang dilakukan orang aneh itu, pikirnya.

Tiba-tiba muncul belasan orang, berloncatan dari balik batang-batang pohon. Hay Hay mengenal mereka sebagai anggauta Kui-kok-pang dengan pakaian mereka yang serba putih, dipimpin sendiri oleh Kim San, ketua Kui-kok-pang yang pakaiannya serba putih pula, mukanya pucat seperti mayat.

"Berhenti...!!"

Kim San membentak, menghadang di depan, dan tiga belas orang anak buahnya, dengan senjata di tangan, mengepung Han Lojin.

Han Lojin sudah menggulung kertas peta itu, menyimpan dalam kantung jubahnya yang lebar, tangannya masih memegangi pensil bulu yang bergagang panjang yang tadi dipergunakan untuk membuat lukisan. Dia tersenyum tenang, memandang kepada Kim San dan tertawa.

"Aha, kiranya Kui-kok Pangcu yang datang! Ada keperluan apakah menemui aku disini?"

"Han Lojin, kami diperintah oleh Bengcu untuk mencarimu. Han Lojin, apakah yang kau pegang tadi dan apa yang kau lakukan disini?"

Han Lojin masih tersenyum lebar.
"Aku sedang menyalurkan bakatku untuk melukis! Mengapa Bengcu menyuruhmu mencariku?"

"Engkau harus kembali, karena engkau telah pergi tanpa pamit!" kata Ketua Kui-kok-pang itu dengan sikap dingin dan marah karena Han Lojin sama sekali tidak memperlihatkan sikap hormat kepadanya.

"Hemm, biarpun aku menyatakan untuk bekerja sama dan membantu, akan tetapi aku bukanlah anak buah Lam-hai Giam-lo yang dapat disuruh begini begitu sesuka hatinya. Aku akan menghadap sendiri kalau aku suka, tidak perlu engkau menyuruhku. Pergilah, Pangcu dan jangan ganggu kesibukanku disini."

"Han Lojin, engkau sudah dianggap melarikan diri dan mungkin menjadi pengkhianat. Karena itu, mari turut saja dengan aku untuk menghadap Bengcu!"

"Kalau aku tidak mau?"

"Mati atau hidup, kami akan membawamu menghadap Bengcu!"

Memang para tokoh sesat telah diperintah Lam-hai Giam-lo untuk berpencaran pergi mencari tiga orang, yaitu Hay Hay, Han Lojin, dan juga Pek Eng. Kalau gadis itu diharuskan pulang, kalau perlu dengan paksaan akan tetapi tidak boleh diganggu apalagi dibunuh, sebaliknya Lam-hai Giam-lo sudah memberi perintah agar membunuh saja Hay Hay dan Han Lojin kalau mereka tidak mau kembali.

"Wah, manusja sombong! Hendak kulihat bagaimana kalian akan membunuhku!" kata Han Lojjn, sikapnya menantang, tangan kiri bertolak pinggang, tangan kanan menudingkan mouwpit (pensil) ke arah muka Ketua Kuk-kok-pang.

"Engkau memang sudah bosan hidup! Serang dan bunuh!" bentak Kim San kepada anak buahnya dan segera mereka semua menyerbu dengan ganasnya.

Han Lojin tersenyum dan mouwpit di tangan kanannya bergerak cepat sekali. Ujung gagang pensil bulu itu menotok ke sana-sini dan empat orang Kui-kok-pang bergelimpangan karena tertotok!

Kim San mengeluarkan bentakan nyaring dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, kedua tangannya membentuk cakar setan dan dia menerkam seperti seekor biruang marah.

**** 205 ****
Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar